Sabtu, 17 September 2011

ETIKA MANAJERIAL



Etika
= aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang membedakan antara kelakuan yang benar dan yang salah.

Pandangan mengenai etika (4):
1. Teori utilitas (utilitarian view of ethics)
 Menganggap bahwa etis tidaknya suatu keputusan ditentukan hanya berdasarkan hasil atau konsekuensinya
 Menekankan pada efisiensi dan produktivitas serta maksimalisasi profit
 Dampak: Alokasi sumber daya yang tidak tepat, terabaikannya hak sebagian pemegang kepentingan.

2. Nonutiliter:
a. Hak (rights view of ethics)
 Menekankan pada penghargaan dan perlindungan terhadap kebebasan dan hak-hak individual.
 Dampak positif: hak-hak asasi karyawan terlindungi.
 Dampak negatif: menghambat tercapainya produktivitas dan efisiensi tinggi karena iklim kerja lebih difokuskan kepada perlindungan hak individual daripada penyelesaian pekerjaan.

b. Teori keadilan (theory of justice view of ethics)
 Etika ditegakkan melalui pemberlakuan hukum secara adil dan tanpa pandang bulu dan segala hukum dan peraturan dipatuhi.
 Dampak positif: pemegang kepentingan yang lemah kedudukannya dapat terlindungi.
 Dampak negatif: mengurangi keberanian karyawan untuk mengambil risiko, membuat inovasi, dan mengurangi produktivitas.

c. Teori kontrak sosial integratif (integrative social contract theory)
 Keputusan dikatakan etis bila didasarkan pada kenyataan empiris dan kondisi normatif (yang seharusnya terjadi).
 Merupakan gabungan dari dua kontrak, yakni kontrak sosial yang bersifat umum (general social contract), yakni kontrak yang dibuat dunia bisnis dalam bentuk peraturan-peraturan untuk menjalankan usahanya, dan kontrak sosial yang bersifat spesifik, yakni kontrak yang mengikat suatu komunitas yang menentukan perilaku bagaimanakah yang dapat diterima.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis/tak etis:
- tingkat perkembangan moral
- variabel-variabel pengubah, i.e.:
 karakteristik individu
 desain struktur organisasi
 intensitas masalah etika

Tingkatan perkembangan moral:
1. Prakonvensional
Penegakan etika dilakukan berdasarkan konsekuensi pribadi yang muncul, misal dalam bentuk hukuman fisik atau balas jasa.
2. Konvensional
Etika didasarkan pada nilai moral yang timbul ketika seseorang mematuhi standar yang ditentukan dan ketika memenuhi harapan orang lain.
3. Berprinsip
Individu yang mencapai tingkatan ini secara aktif membuat definisi sendiri mengenai prinsip moral, terlepas dari otoritas kelompok atau masyarakat dimana ia menjadi anggota.

Semakin tinggi tahapan perkembangan moral seseorang, semakin kecil pengaruh eksternal mempengaruhi penilaian moral yang ia lakukan.

Ada 2 variabel kepribadian yang mempengaruhi penilaian seseorang mengenai nilai (NILAI = keyakinan mendasar mengenai mana yang benar dan mana yang salah), yakni:
1. Kekuatan ego
 Semakin kuat ego seseorang maka semakin kuat kemampuannya untuk mengikuti keyakinannya dan menolak dorongan untuk bertindak tak etis.
2. Locus of control (titik kontrol)
 Orang dengan locus of control internal meyakini bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas tindakan dan nasibnya, sehingga ia akan berpegang pada standar nilai yang ia miliki dalam berperilaku.
 Orang dengan locus of control eksternal percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya merupakan kebetulan atau keberuntungan, dan ia akan mengandalkan kekuatan dari luar dirinya guna mengatur tata nilai bagi dirinya untuk berperilaku.

Desain struktur organisasi yang dapat mendorong perilaku etis yakni desain struktur organisasi yang meminimalkan bias dan ketidakpastian serta yang dapat secara kontinyu mengingatkan manajer mengenai hal yang tergolong etis.
Desain demikian dapat terbentuk melalui adanya peraturan dan regulasi formal yang jelas, deskripsi kerja dan kode etik tertulis dalam perusahaan, teladan yang dicontohkan oleh karyawan atasan, dan sistem penilaian kinerja yang menekankan pada hasil dan cara dan tidak banyak mengaitkan balas jasa dengan kinerja.

Kultur organisasi yang mendorong perilaku etis adalah:
- Dari segi isi: Kultur organisasi yang memiliki toleransi risiko, kontrol, dan toleransi terhadap konflik yang tinggi.
- Dari segi kekuatan kultur: Kultur organisasi yang kuat.

Intensitas mengenai etika dalam memandang suatu tindakan ditentukan oleh faktor:
- Tingkat kesepakatan bahwa tindakan tersebut salah.
- Besar kemungkinan tindakan tersebut menimbulkan dampak negatif.
- Cepat tidaknya dampak negatif tersebut terasa.
- Kedekatan pelaku tindakan dengan mereka yang potensial menjadi korban dari tindakan tersebut.
- Besar dampak tindakan terhadap korban.
- Banyaknya orang yang terkena dampak negatif/Luas dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.

Standar etika tidak berlaku secara universal.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan manajer guna mengurangi/menghindari perilaku tak etis dalam organisasi:
- Memperkerjakan orang-orang yang memiliki standar etika yang tinggi.
- Menetapkan kode etik dan aturan keputusan.
- Keteladanan oleh para pimpinan.
- Memberikan definisi yang jelas dan realistis atas sasaran pekerjaan serta mekanisme penilaian kinerja.
- Memberikan pelatihan mengenai etika.
- Melakukan audit sosial yang independen.
- Menyediakan dukungan kepada karyawan yang tengah mengalami dilema etika.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites