Selasa, 29 November 2011

Earn More. Spend Less. And Give More.



Berapa income yang mestinya kita peroleh agar bisa melakoni hidup dengan penuh rasa tentram, gemah ripah loh jinawi? Perhitungan nya disini
, membawa kita pada angka 16 juta rupiah per bulan. Wah lumayan tinggi juga ya.

Benar, angka itu jauh lebih tinggi dibanding UMR kota Jakarta yang hanya 1,5 juta per bulan. Mengapa segitu tinggi? Pan katanya mau hidup lumayan tentram?

Eniwei, hidup di kota-kota besar rasanya memang kian mahal. Harga rumah sepetak di pinggiran kota Bekasi sudah mencapai 250 juta rupiah. Hanya dengan mendapatkan segenggam nafkah yang memadai, kita mungkin baru bisa membangun biduk rumah tangga yang sejahtera.

Dan persis disitulah, kita dikenalkan dengan 3 kredo atau prinsip utama perencanaan keuangan yang mak nyus. Tiga kredo magis itu berbunyi : Earn more. Spend less. And Give More. Mari kita menghampirinya satu per satu.

Kredo # 1 : EARN MORE. Tak ada orang yang mau pendapatan atau income-nya stagnan dari tahun ke tahun. Kita ingin nafkah yang kita raih selalu bisa tumbuh, bisa growing.

Kalau kita bekerja sebagai karyawan, harapannya kita bisa terus mengembangkan karir dan mengalami peningkatan pendapatan secara memadai. Syukur-syukur setiap tahun dapat bonus gede .Kalau ternyata karir dan pendapatan kita melaju pelan di jalur lambat (dan sudah begitu, suka macet di tengah jalan) ya ndak usah ngomel dan menyalahkan pihak lain. Cukup lakukan introspeksi dan kemudian terus melakoni self improvement. Di-campur dengan bumbu positive mindset, insya Allah rezeki yang renyah akan juga datang menyapa. Just believe in your positive future.

Kalau Anda bekerja sebagai entrepreneur, tak ada yang lebih indah untuk melihat omzet penjualan meningkat setiap tahun. Bagi kaum pebisnis, sales revenue memang sebuah magic thing. Kalau bisa omzet naik 20 % setiap tahun, syukur bisa double or even triple. Just remember this : Impossible is nothing.

Kredo # 2 : SPEND LESS. Kredo yang kedua ini ingin selalu mengajak kita untuk bertamasya dalam jalan hidup penuh kebersahajaan. Sebutan kerennya “gaya hidup minimalis”. Maksudnya kita selalu mencoba membeli sesuatu yang memang benar-benar kita butuhkan; dan bukan sekedar memburu prestise dan gengsi. Kita selalu mengelak untuk tergelincir pada gaya hidup konsumtif yang boros dan sarat dengan hedonisme. Menjadi snob (sok tampil keren meski pendapatan pas-pasan).

Spend less juga berarti kita bijak dalam mengelola keuangan kita. Kartu kredit yang tidak perlu sebaiknya segera kita gunting. Alokasi pendapatan untuk kredit macam-macam (kredit sepeda motor, kredit rumah, kredit AC, kredit kompor gas, kredit mesin cuci) sebaiknya tidak lebih dari 30% total pendapatan (kalau lebih, lha kan nanti gaji kita semua habis untuk bayar kredit).

Pendapatan yang terus meningkat, disertai dengan gaya hidup yang bersahaja niscaya akan menghantarkan kita pada hidup sejahtera nan elok. Apalagi jika dua hal itu dikombinasikan dengan kredo ketiga berikut ini.

Kredo # 3 : GIVE MORE. Sedekah adalah kunci yang akan membuka pintu rezeki dari tujuh penjuru langit. Begitu kalimat indah yang selalu ingin kita dekap dengan penuh kesungguhan.

Salah satu ilmuwan financial behavior dari Amerika penasaran dengan kalimat itu : apakah memang benar orang yang dermawan itu akan cenderung lebih makmur dibanding yang pelit? Begitulah, melalui riset yang melibatkan ribuan responden dan dengan uji statistik yang mendalam, ia mencoba menguji korelasinya.

Temuannya layak disimak : secara statistik, memang sikap kedermawanan punya korelasi kuat dengan tingkat kemakmuran. Dan ini yang penting : kebiasaan untuk memberi (give more) menjadi SEBAB kenapa orang itu makin makmur.

Temuan lain dari riset itu juga layak dicatat : orang yang suka sedekah cenderung akan lebih happy, PASTI lebih kaya, dan lebih produktif dalam hidupnya (dibanding orang yang jarang berbagi kekayaan). Really interesting.

Begitulah, tiga prinsip utama atau kredo yang layak di-genggam erat jika kita mau meraih the ultimate financial freedom.

Sambil bersulang teh atau kopi hangat yang kini ada di meja Anda, mari kita bersama-sama membaca tiga kredo ini dengan sepenuh sukma : EARN more. SPEND less. GIVE more.

Jangan dibalik menjadi : Earn less. Spend more. Give nothing. Kalau begini, wah cilaka dong. Semangat, semangat.

SUMBER



tinggalkan komentar

Minggu, 27 November 2011

Mengubah yang "Nakal" menjadi Potensil



Menangani karyawan "nakal" bisa jadi tidaklah mudah, yang perlu disadari adalah bahwa setiap orang memiliki kelebihan, termasuk karyawan yang "nakal" tersebut, pastilah karyawan itu memiliki kelebihan dan jika digali maka dapat diarahkan untuk kepentingan perusahaan.

Memberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu bisa membantu karyawan bermasalah untuk berprestasi, jangan hanya diberikan sanksi dan peringatan saja, bahkan jika pihak perusahaan sudah tidak mau pusing maka di PHK saja. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah karyawan "nakal" :

1. Lakukan pendekatan personal, cari tahu mengapa yang bersangkutan melakukan kesalahan tersebut, kemudian carikan solusinya, jangan hanya memberikan kritik. Sebab bisa saja karyawan tersebut menjadi "nakal" karena selama ini merasa kurang diperhatikan atau kurang diberi apresiasi, berikan juga motivasi dan counselling

2. Berikan kesempatan, bisa saja karena selama ini dianggap kurang mampu maka karyawan bersangkutan membuat ulah, tetapi jika diberikan kesempatan atau tanggung jawab maka karyawan tersebut dapat menunjukkan prestasinya.

3. Berilah kesan bahwa karyawan "nakal" tersebut pasti memiliki potensi yang jika digali akan sangat berguna bagi perusahaan. Sehingga HR dapat membantu menggali kelebihannya.

4. Dapat dilakukan mutasi, bisa jadi yang bersangkutan kurang cocok dibidang yang saat ini dipegangnya sehingga jika dimutasi ke tempat yang tepat maka karyawan tersebut dapat menunjukkan kemampuannya. Edukasi kepada karyawan bermasalah tidak selalu diikutkan pada pelatihan, bisa jadi mutasi menjadi tantangan baru untuk menunjukkan kemampuannya.

Karyawan bermasalah juga dapat disebabkan karena yang bersangkutan adalah karyawan lama yang jenjang karirnya tidak ada kenaikan sehingga merasa mentok jadi membuat ulah, coba diberikan kesempatan dimutasi dengan diberikan kenaikan jabatan, hal tersebut dapat menjadi tantangan baru.

Jika langkah-langkah tersebut telah dicoba dan ternyata masih saja tidak mengubah karyawan "nakal" tersebut maka dapat dilakukan tindakan demosi atau penurunan jabatan.

SUMBER





tinggalkan komentar

Facing Your Challenge!



Sebagai seorang pemimpin, mungkin anda sedang berada di sebuah dunia yang penuh masalah, berantakan, sensitif, penuh keramaian dan sulit diatur. Semuanya ini seringkali membuat seorang pemimpin rasanya seperti mau pecah kepalanya. Memusingkan dan sangat membuat anda tertekan. Bahkan ada yang berakhir dengan bunuh diri. Ketika seorang pemimpin mengakhiri kepemimpinannya dengan bunuh diri maka itu merupakan bukti bahwa ia memang bukan pemimpin yang baik.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menghadapi dan bahkan mengatasi tantangan yang dihadapinya dan keluar sebagai pemenang. Walau seberat apapun, seorang pemimpin tidak mengenal kata menyerah. Pantang menyerah merupakan suatu karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Teori kepemimpinan akhir-akhir ini menekankan pada kreativitas seorang pemimpin. Seperti pepatah kuno mengatakan “Banyak jalan menuju Roma” maka demikianlah seorang pemimpin. Tidak ada kata “TIDAK BISA”, “TIDAK MAMPU”, “TIDAK SANGGUP”. Selama kita mau menggunakan pikiran kita maka pasti selalu ada jalan. Selama ada komunikasi dan hubungan yang baik dengan orang-orang yang kita pimpin, maka mereka juga adalah team yang akan selalu siap membantu memecahkan masalah secara bersama-sama. Jadi cobalah lagi untuk memecahkan masalah Anda dengan cara-cara yang kreatif. Berkali-kali mencoba dan gagal tidak berarti bahwa saat berikutnya mencoba pasti gagal lagi bukan?

Berikut ini adalah kutipan dari pakar leadership:
“The only guarantee for failure is to stop trying” John C. Maxwell

Hal berikutnya yang penting adalah jangan terfokus pada masalah, anda akan sangat pusing dibuatnya. Melainkan fokuslah pada visi dan misi yang harus anda kerjakan. Fokuslah pada hasil akhir yang akan peroleh setelah melewati masalah. Masalah tidak akan selesai jika anda terus memandangnya, masalah hanya akan selesai jika anda dengan jelas terus memandang kepada visi dan apa yang menjadi komitmen anda saat terpilih sebagai pemimpin. Pandangan kepada visi akan membuat pikiran anda tetap jernih saat menghadapi masalah dan hanya tersenyum saat tantangan datang. Karena anda menyadari bahwa untuk dapat masuk ke dalam visi anda, justru masalah dapat menjadi batu loncatan kesuksesan. Seorang pemimpin yang mampu melewati masa kritis dalam kepemimpinannya dan terus mencapai visinya akan dikenang sebagai orang yang tangguh.

“To lead the orchestra, you have to turn your back on the crowd.” Max Lucado
Ungkapan Max Lucado ini benar, hanya ada rasa tegang atau bahkan rasa takut saat menghadapi keramaian jika anda adalah seorang pemimpin orkestra. Berbalik dan fokus pada misi anda untuk memimpin team orkestra anda dan akan keluar musik yang indah yang dikagumi semua orang.

SUMBER




tinggalkan komentar

Seni Memotivasi Karyawan



Apabila kesenjangan moral dan antusias karyawan tidak secara langsung merusak hak dan ketertarikan pekerja dalam suatu perusahaan; masih ada efek negatif yang terjadi secara tidak langsung. Karyawan yang tidak memiliki antusiasme dalam bekerja, mereka tidak akan memberikan produktivitas maksimum dan keuntungan bagi perusahaan. Satu satunya solusi dalam hal ini adalah memberikan motivasi terhadap karyawan.

Pemberian incentive akan mempengaruhi motivasi secara phisik dan phsykologi. Dalam management pekerja perusahaan modern, motivasi masi merupakan elemen yang diperlukan. Mempertahankan keseimbangan yang sewajarnya antara motivasi dan paksaan adalah cara yang baik untuk mencegah konflik antara pengusaha dengan karyawan dan mengembangkan pengembangan ke arah hubungan positive diantara mereka.

Bagaimanapun baik motivasi dalam bentuk fisik maupun secara psikologi sebaiknya dinilai sebagai masalah yang sederhana. Harus kita sadari bahwa kehidupan tidak berjalan ditempat, selalu ada perubahan dan perbedaan dari masa ke masa; variasi dalam hidup pastilah terjadi. Namun untuk dapat memotivasi karyawan dengan baik dan berhasil guna, adalah perlu untuk menyediakan motivasi psikologi yang benar bagi karyawan sebagai bentuk utama dari sebuah motivasi dan dapat juga berupa meluangkan waktu untuk menemukan kebutuhan fundamental dari karyawannya, rasa dihargai dan pemberian pengembangan diri bagi karyawan.

Berikut adalah beberapa metode pemberian motivasi:
- Pemberian motivasi melalui memberikan keputusan yang benar dan tepat
Seorang karyawan, adalah manusiawi apabila ia ingin menunjukan secara leluasa talent ayng dimilikinya dan menunjukan pengetahuannya dan keputusannya dalam scope tanggungjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang karyawan mempunya ambisi pribadi yang mereka cari utnuk mencapai sukses dalam karir mereka.Dan apabila perusahaan memberikan kepada karyawan ruang yang semestinya agar mereka dapat bekerja secara leluasa dan berkembang sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikannya, ini dapat menjadi stimulan besar yang mengembangkan antusias karyawan tersebut.

- Pemberian motivasi melalui pencapaian yang telah dilakukannya
Hasrat adalah instic yang sangat manusiawi. Manusia memiliki hasrat dalam kehidupam mereka seperti juga dalam hal pekerjaan. Setiap karyawan dalam perusahaan berharap memilikinya dalam dunia pekerjaan. Semakin kuatnya hasrat bagi tercapainya sesuatu, semakin tinggi antusias dalam bekerja. Kepuasan hasrat dalam pencapaian adalah sebuah alasan / dasar pemikiran bagi karyawan untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan. Sebuah perusahaan harus secara proatif mengerti dan tahu cara memuaskan hasrat karyawan bagi tercapainya tujuan akhir dari yang diinginkan perusahaan.

- Pemberian motivasi melalui atmosphire kerja yang menarik dan nyaman
Membangun atmosphire kerja yang menarik adalah hal yang penting untuk dapat memelihara talend dan motivasi karyawan dan ini dapat termasuk berbagai segi seperti sistem pembayaran yang benar, kesempatan berkarir dan pengembangan budaya perusahaan. Terhadap aspek aspek tersebut, perusahaan harus terus meningkatkannya, belajar dari pengalaman, inovativ, memberikan karyawan refresing diri. Status dari pemilik perusahaan tergantung dari imajinasi yang mereka sendiri gambarkan dan bagaimana mereka melayani sebagai contohnya. Sepanjang imajinasi positif seorang pemimpin terkesan di hati karyawannya, selama itu pula karyawan akan tetap tertarik untuk bekerja di lingkurang perusahan tersebut.

- Pemberian motivasi melalui pengembangan diri
Banyak karyawan yang bekerja lebih mengejar pengembangan nilai diri mereka sendiri daripada gaji yang tinggi. Pada kenyataanya, terlepas dari usia karyawan dan tipe pekerjaannya, seorang karyawan akan secara alami menyadari nilai diri mereka. sekalipun hanya keberhasilan kecil dapat membawa kepuasan tersendiri. Perusahaan sebaiknya dapat mengenali keperluan karyawannya untuk pengembangan diri dan menawarkan kesempatan dan kondisi bagi keberadaan sebuah pribadi.


SUMBER




tinggalkan komentar

Jumat, 18 November 2011

Boss, Tahan Amarah Anda



Seseorang yang diberi tanggung jawab sebagai pemimpin bukan tanpa sebab. Dalam dunia kerja, mereka adalah orang-orang yang memiliki kelebihan dan kekuatan, baik hard skill yang berkaitan dengan pekerjaan, maupun karakter yang lebih matang dan kuat. Pemimpin juga umumnya memiliki keterampilan berkomunikasi yang terasah karena keharusan untuk menghadapi dan bernegosiasi dengan berbagai karakter, baik dari timnya sendiri maupun dengan orang di luar lingkungan perusahaan.

Kelebihan yang dimiliki tidak membuat seorang pemimpin selalu sempurna. Walaupun Anda sudah sangat berpengalaman menghadapi banyak orang dengan karakternya masing-masing tentu akan ada saat Anda menghadapi masalah yang membuat ingin berteriak marah dihadapan anggota tim, atau simply walk off meninggalkan mereka. Sebagai manusia, kehilangan kontrol akan emosi adalah hal yang wajar. Namun jika hal ini terjadi di tempat kerja dan dihadapan anggota tim yang Anda pimpin, image Anda sebagai pemimpin akan tercoreng. Siapapun tidak mudah melupakan momen ketika boss mereka berteriak marah di depan orang lain atau meninggalkan rapat tanpa ba bi bu. Pada akhirnya hal ini akan berdampak pada rasa hormat mereka terhadap Anda.

Kehilangan kontrol akan memberikan kesan bahwa Anda tidak bisa didekati, keras, tidak bisa bernegosiasi. Hal yang wajar jika akhirnya mereka menjauhi Anda. Tentu saja ini tidak menguntungkan karena bisa menghilangkan kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan anggota tim lainnya. Dampak bagi diri Anda sendiri adalah perasaan bersalah atau tidak enak setelah Anda meluapkan kemarahan tersebut.

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan saat merasa darah Anda mulai mendidih dan bersiap untuk menyemburkan amarah kepada anggota tim Anda.

1. Latih keahlian menganalisa
Biasakan melatih pikiran untuk menganalisa segala hal dengan logika sebelum memutuskan sesuatu. Dengan demikian Anda akan terbiasa untuk menganalisa masalah, sebab dan akibat sebelum melakukan apapun, termasuk meluapkan amarah pada anggota tim Anda.

2. Anger solves nothing
Tanamkan pemikiran bahwa amarah tidak menyelesaikan masalah apapun, bahkan sangat mungkin bisa membuatnya makin parah. Emosi tak terkontrol bisa membuat Anda melakukan serangan verbal kepada orang yang bersangkutan, bahkan bukan tidak mungkin bisa mengarah ke serangan fisik. Bayangkan kerugian dan kerusakan yang harus dipulihkan saat Anda membiarkan amarah meledak.

3. Ingatlah bahwa tidak ada orang yang sengaja ingin membuat Anda marah.
Terlebih lagi pemimpinnya. Kesalahan yang mereka lakukan sangat mungkin disebabkan oleh miskomunikasi atau salah pengertian. Jadikan hal ini sebagai PR yang harus Anda perbaiki sebagai pemimpin. Mungkinkah gaya komunikasi Anda juga yang jadi penyebabnya?

4. Saat hal ini terjadi, tarik nafas dalam-dalam.
Ambillah beberapa saat untuk menenangkan diri lalu mulailah berpikir akibat yang muncul jika Anda marah. Ingatlah untuk tidak menjadikan kemarahan sebagai reaksi pertama Anda. Kumpulkan fakta-fakta, minta penjelasan dari yang bersangkutan, analisa lagi penyebab hal tersebut. Sibukkan pikiran Anda sebelum menunjukkan emosi Anda.

5. Menjauh.
Jika Anda masih merasakan amarah, bahkan semakin intens, cobalah untuk menjauh dari orang si penyulut amarah atau daerah tempat terjadinya konflik tersebut. Keluar dari area “panas” bisa membantu Anda untuk lebih tenang dan berpikir lebih jernih. Solusipun bisa didapatkan dengan lebih mudah saat emosi Anda mereda dan objektifas pun mulai muncul. Tentu saja Anda harus menyampaikan alasan Anda menjauh, misalnya: “Saya harus pergi untuk memikirkan sesuatu”. Jangan meninggalkan arena konflik tanpa kata-kata karena bisa menimbulkan persepsi yang negatif di mata “lawan” Anda.

6. Sadarlah bahwa setiap orang pasti mengalami argumentasi atau perselisihan dalam hidup mereka.
Hampir tidak mungkin rasanya menjalani hidup tanpa perbedaan pendapat atau kesalahpahaman. Yang Anda bisa lakukan hanyalah meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik dengan mengasah kemampuan komunikasi dan mengatasi krisis dengan lebih baik lagi.

Remember!
Apa yang Anda ucapkan menunjukkan kualitas Anda. Jangan sampai kemarahan sesaat Anda menghancurkan reputasi yang telah Anda bangun dengan susah payah.

SUMBER




tinggalkan komentar

Junk Food Dapat Mengurangi Semangat Kerja?



Pernahkah Anda menikmati setumpuk roti yang diapit daging goreng dan sekumpulan sayuran ditambah saus sambal dan mayonaise? Ya, itulah burger, salah satu junk food yang khasiatnya tidak sebanding dengan rasanya, bahkan bisa merugikan.

Junk food memang tidak bisa dipungkiri memiliki rasa yang enak. Rasa gurih, pedas, manis yang tercampur menjadi satu tentu sangat menggoda selera, tapi tahukah Anda bahwa junk food ternyata bisa membuat Anda tidak bersemangat dalam bekerja?

Ada banyak faktor yang mendukung hal ini. Berikut ini adalah faktor-faktor kenapa junk food mempengaruhi semangat kerja:

1. Kalori yang tinggi

Kalori yang tinggi adalah sumber bertambahnya lemak dalam tubuh. Semakin banyak lemak, membuat Anda semakin malas bergerak.
2. Kenyang yang tidak sehat.

Mungkin makanan tersebut membuat Anda kenyang, namun bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti diabetes, atau obesitas. Jika Anda mengalami kenyang seperti ini, sudah pasti rasa malas yang timbul bukan semangat.
3. Cepat Mengantuk

Mengkonsumsi banyak junk food juga bisa membuat Anda cepat mengantuk. Bayangkan jika Anda sering mengantuk saat jam kerja? Bagaimana mungkin pekerjaan Anda bisa selesai jika Anda terus mengantuk?
4. Mahal, dan rawan untuk diminta teman

Ya, rata-rata makanan fast food pasti memiliki harga yang diatas jatah makan siang kita. Jika Anda yang susah payah membeli makanan tersebut kemudian hanya habis oleh teman Anda, tentunya akan membuat mood Anda jadi berantakan. Imbasnya, Anda pun jadi malas untuk bekerja.


SUMBER



tinggalkan komentar

Suara Tuhan

Oleh Jansen Sinamo



"Anakku, kau belum lulus. Itu bukan suara Tuhan. Kau harus kembali ke pura dan kali ini bersungguh-sungguhlah agar mampu mendengarkan suara-Nya." Demikian perintah baginda dengan nada berat.

Putra mahkota hanya bisa terdiam lesu. Dengan lunglai ia pun kembali ke pura kerajaan di tepi hutan.

Sambil merenungkan bagaimana cara mendengar suara Tuhan, pikirannya melayang kembali pada amanat baginda minggu lalu. "Anakku, aku sudah tua. Sebentar lagi tiba saatnya aku lengser dari tahta dan bergabung dengan nenek moyang kita. Dan engkau akan duduk di singgasana ini menggantikan aku. Tetapi sebelum itu, ada satu lagi ujianlagi yang harus kau lalui."

"Ujian apa gerangan ayah ?" tanya pangeran dengan antusias.

"Pergilah ke pura kerajaan anakku. Tinggallah di sana beberapa lama dan dengarkanlah suara Tuhan. Kemudian laporkan kepadaku bagaimana sesungguhnya suara Tuhan."

Putra mahkota pun pergi ke pura. Ia menemukan sejumlah orang suci, begawan, dan pendeta beribadah di sana. Ada yang mendaraskan seloka-seloka suci, ada yang berdoa dalam hening, ada pula yang bersujud sembah tanpa kata. Semuanya mendekatkan diri pada Tuhan. Dan pangeran mengamati semuanya dengan saksama.

Tiga hari kemudian, putra mahkota kembali ke istana lalu melapor kepada raja. "Ayahanda, aku sudah berhasil mendengar suara Tuhan."

"Bagus ... bagus ... anakku," sambut raja. "Sekarang, ceritakanlah, seperti apakah suara Tuhan ?"

"Begini ayah, suara Tuhan itu amat syahdu, terasa indah, khidmat, dan menyentuh kalbu, rasanya bagaikan di serambi surga."

Perlahan-lahan raja menarik diri, bersandar di singgasana, dan menarik nafasnya dengan berat. Bahasa tubuhnya tegas mengatakan, itu bukan suara Tuhan. Dan baru saja ia disuruh kembali ke pura.

Kini, dia pergi kedua kalinya. Sebelum masuk, dia merenung, bertanya dalam hati, bagaimana cara Tuhan berbicara? Diambilnya tempat di sudut terluar, lalu duduk tertunduk, hening dalam sepi. Dia berusaha mendengarkan Tuhan. Namun tidak ada vokal apa pun. Tetapi dia meneguhkan hatinya. Dengan sungguh ia memohon agar Tuhan berkenan berbicara.

Waktu berlalu secepat kilat, entah berapa lama. Dalam teluh kebisuan dia tidak lagi menyadari keberadaan orang-orang maupun hiruk-pikuk di sekitarnya. Lebur luluh di kedalaman transendental itu - alam batin itu - mimpi terasa bagai kenyataan dan kenyataan bagaikan mimpi, mengalir tanpa kekangan ruang-waktu. Dengan bebas jiwanya melayang bolak-balik ke masa lalu, ke masa kini, ke masa depan, bolak balik. Dia menikmati lagi masa kecilnya, penuh kasih- sayang ayah ibunya. Terasa lagi lezatnya belajar bersama para pengasuh dan guru-gurunya yang sabar. Gurih, kala para ajudan dan pembantu istana mengajarinya naik kuda, berenang, dan berburu. Juga,karena kenakalan kanak-kanaknya, satu kali buaya hampir melibasnya, ular hampir mematoknya, dan berbagai kecelakaan nyaris merenggut nyawanya. Sampai tiba-tiba dia telah mendengar suara Tuhan: "Aku memelihara, menyayangi, dan mengasihimu putra-Ku; hendaklah engkau memelihara, menyayangi, dan mengasihi rakyatmu pula".

"Ayah, aku berhasil mendengar suara Tuhan", seru putra mahkota tatkala tiba di istana. "Suara Tuhan tidak kudengar di telingaku, melainkan di hatiku. Di dalam batinku Tuhan berbicara, kalau aku nanti menjadi raja, aku harus memerintah dengan bijaksana. Dia membukakan mataku akan tugas-tugasku sebagai raja: mengayomi wong cilik, menyantuni seluruh warga, dan memikirkan keperluan rakyat."

Wajah baginda terang dan bersinar. Semakin lama tubuh raja makin condong ke depan seolah-olah berkata: Aku ingin mendengar lebih banyak lagi !

Akhirnya berkatalah raja, "Anakku, kau lulus. Kau sudah berhasil mendengar suara Tuhan dan siap dilantik menjadi raja. Benar seperti tuturmu, suara Tuhan memang tidak kita dengar dengan gendang kuping, melainkan telinga batin. Kelak, ketika menjadi raja, engkau tidak boleh hanya mendengarkan laporan-laporan resmi para menterimu, panglimamu, hulubalangmu, atau pembisikmu. Tetapi kau harus turun sendiri ke dalam hati dan jiwa rakyatmu untuk menyimak suara-suara yang tidak terucapkan, aspirasi-aspirasi yang tidak terkemukakan, dan kerinduan-kerinduan yang tidak tersampaikan secara verbal- formal. Jika engkau melakukan semua itu, niscaya engkau menjadi raja yang dicintai rakyatmu."

Konon, sang raja dengan tenang mengundurkan diri--lengser keprabon madeg pandito-- dan menyerahkan tahta kepada anaknya. Raja baru ini menjadi seorang junjungan yang dicintai segenap rakyat dan ponggawa kerajaan.

*****

Pembaca yang budiman, kalau kita meneropong seluruh keberadaan kita di bawah mikroskop dan teleskop batin, sejak dari dalam kandungan hingga kini, menjelujuri seluruh titik-titik peristiwa dalam sejarah hidup kita, niscaya kita akan takjub sendiri karena keajaibannya, dan menjadi yakin bahwa Tuhan itu memang selalu menopang, menyantuni, mengayoni, dan memimpin kita. Imperatif moralnya, marilah kita juga—sesudah mensyukuri dan memuji kebaikan dan kebesaran-Nya—bertindak dan berlaku sebagai insan rahmatan bagi yang lain, seperti raja muda di atas: bagi seluruh insan, bagi seluruh dunia, bagi pekerjaan kita khususnya, bahkan bagi semesta alam. Itulah sebuah makna tentang menjadi insan rahmatan lil alamin.

SUMBER




tinggalkan komentar

Kamis, 17 November 2011

Mencapai Performance Terbaik Dengan Menggunakan Metoda Malcolm Baldridge



Salah satu kerangka kerja untuk mencapai mutu tinggi adalah menggunakan kriteria The Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA). Sebagai alat penilaian mandiri (selft assessment), kriteria MBNQA membantu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan perusahaan, mencari peluang-peluang perusahaan dan mencari peluang bagi perbaikan proses dan hasil yang berdampak kepada stakeholder, pelanggan, karyawan, pemilik (owner), pemasok (supplier), serta masyarakat. Kriteria MBNQA juga membantu dalam hal mengatur sumber daya, antara lain: memperbaiki komunikasi, produktivitas, efektivitas, serta mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Kriteria Baldrige sebagai suatu kriteria untuk keunggulan kinerja yang digunakan, telah diadopsi oleh puluhan negara di dunia menjadi National Quality Award negaranya masing-masing. Di Indonesia sendiri, perusahaan yang telah menerapkannya antara lain Sucofindo, Telkom, Pertamina, terlebih setelah diluncurkannya IQA for BUMN (Indonesia Quality Award for Badan Usaha Milik Negara) Republik Indonesia. Dengan mengimplementasikan Malcolm Criteria, organisasi bertekad untuk meningkatkan keunggulan kinerjanya dalam situasi yang semakin kompetitif. Untuk meningkatkan performansinya maka perusahaan harus melakukan pelatihan, sehingga proses penerapannya menjadi tepat sasaran dan sesuai dengan fungsinya.

Teori yang melandasi Malcolm Baldridge

Sistem manajemen kualitas MBPE (Malcolm Baldridge Performance Excellence) diperkenalkan dan diterapkan sebagai guideline bagi perusahaan untuk menjadi perusahaan yang unggul atau excellence dalam era persaingan global ini.

Sistem ini pertama sekali diciptakan oleh US Congress pada tahun 1987 dibawah Public Law 100-107, sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldridge, Commerce Department Secretary, yang meninggal dunia pada tahun 1987.

Penghargaan MBNQA (Malcolm Baldridge National Quality Award) diberikan setiap tahun kepada berbagai organisasi dan perusahaan yang diserahkan langsung oleh Presiden Amerika Serikat. Saat ini MBNQA berada dibawah tanggungjawab the National Institute of Standards and Technology (NIST), Departemen Perdagangan AS. Makalah tentang MBNQA dapat didownload gratis dari http://www.quality.nist.gov.

Ada 7 kriteria yang dinilai dan dijadikan acuan dalam mengelola kinerja perusahaan, yaitu:
(1). Kepemimpinan (Leadership)
(2) Perencanaan Strategis (Strategic Planning)
(3) Fokus pasar dan pelanggan (Market and Customer Focus)
(4) Informasi dan analisis (Information and Analysis)
(5) Fokus sumber daya manusia (Manpower Fokus)
(6) Manajemen Proses (Process Management)
(7) Hasil-hasil bisnis (Business Results)

Berdasarkan peninjauan secara seksama terhadap 20 perusahaan yang memiliki skor tertinggi untuk kriteria MBPE ini, diperoleh kesimpulan bahwa ada 6 faktor kunci yang sangat besar kontribusinya pada peningkatan performa atau keunggulan kinerja perusahaan, yaitu antara lain:
(1) fokus pelanggan,
(2) kepemimpinan manajemen senior,
(3) keterlibatan dan pemberdayaan karyawan,
(4) kultur perusahaan yang terbuka,
(5) pembuatan keputusan berdasarkan fakta, dan
(6) kemitraan dengan pemasok.

Penerapan Metoda malcolm Baldrige

Bagaimana PLN mengorganisasikan penerapan Kriteria Baldrige secara ‘company wide’ untuk menggerakkan perbaikan yang menyeluruh di perusahaan
- Implementasi Malcolm Baldrige secara strategis menjadi salah satu KPI (Key Performance Indicator) Direksi, sebagai indikator komitmen Direksi dalam implementasi MB
- Malcolm Baldrige secara konsisten telah diimplementasikan sejak tahun 2007 di PLN. Dalam pengembangannya telah dilakukan asesment sampai ke tingkat Unit Operasional melalui penerapan PLN Quality Award untuk seluruh Unit.
Bagaimana Kriteria Baldrige mampu menggerakkan kinerja menyeluruh perusahaan dalam konteks menghadapi tantangan bisnis saat ini dan akan datang
- Tantangan bisnis PLN saat ini dan akan datang melalui Program PLN Golden Year 2012 terkait masalah sustainability perusahaan ke depan
- Langkah atau inisiatif strategis PLN adalah melalui 4 (empat) pilar kebijakan strategis: Perangi padam (kecukupan daya), Mengatasi daftar tunggu, Berantas Korupsi, Peningkatan Efisiensi
Lesson learn pengalaman PLN menerapkan Kriteria Baldrige untuk meningkatkan kinerja perusahaan
- Pengalaman MB telah memberikan dampak positif kepada seluruh jajaran PLN dan mampu menginspirasi untuk memunculkan ide kreatif dan inovasi serta langkah-langkah terobosan (breakthrough) dalam meningkatkan kinerja perusahaan


SUMBER




tinggalkan komentar

Pentingkah Arti Kepuasan Kerja ?



Ada sebuah cerita yang penulis pernah baca dalam sebuah buku tentang manajemen yang bagi saya cerita ini cukup menarik untuk disimak.

Satu hal yang perlu direnungkan bagi setiap orang, apakah tiap kita sudah merasa puas dan mensyukuri apa yang sudah diterima dan dijalani saat ini ?

Alkisah, hiduplah seorang pemotong batu. Suatu hari dia berkhayal andaikan dia menjadi seorang raja pastilah hidupnya akan berbahagia. Seorang raja pasti lebih hebat daripada seorang pemotong batu. Seorang malaikat berbaik hati mengubah dia menjadi seorang raja. Alangkah senang hatinya. Suatu hari raja ini berjalan-jalan tapi panas matahari menyusahkan dia sehingga dia harus menggunakan payung. Dia berpikir matahari lebih hebat daripada seorang raja. Dia ingin menjadi matahari dan malaikat mengabulkan keinginannya. Dia sangat bangga saat dengan panasnya mampu menyinari seluruh bumi. Tapi yang terjadi kemudian, sinarnya tdk sanggup menerangi bumi karena adanya awan yang menghalangi dan awan itu memberikan hujan pada bumi. Dia ingin menjadi awan lebih hebat karena dapat menghalangi matahari menerangi bumi. Ketika dia menjadi awan, sangat senang kembali hatinya. Tapi kemudian awan ini melihat adanya sebuah batu yg tetap kokoh walaupun hujan deras menyirami. Ternyata batu lebih kuat daripada awan yg memberikan hujan. Dia ingin menjadi batu. Kembali keinginannya dikabulkan dan dia menjadi batu. Ketika batu ini sedang bergirang dengan keberadaannya sebagai sebuah batu, tiba-tiba datanglah seseorang yang dengan sebuah alat mengetok-ngetokkan alat itu ke batu ini dan dengan perkasanya akhirnya batu ini terpecah-pecah. Akhirnya batu ini kembali meminta agar dia kembali menjadi seorang pemotong batu.

Dari cerita ini, apakah yang dapat ambil pelajaran ?
- setiap orang pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan
- setiap orang hidup pastilah saling membutuhkan, tidak bisa hidup sendiri dan tidak butuh siapa-siapa.
- bersyukurlah dengan apa yang kita miliki masing-masing dan perbuatlah sesuatu dengan apa yang ada pada kita masing-masing pastilah ada hasilnya

Ketika kita ada bekerja pada sebuah perusahaan, keberadaan kita di perusahaan pastilah memberikan nilai. Jadi dalam bekerja ketika kita berusaha sungguh-sungguh, kita bersyukur dan mendapatkan satu kepuasan kerja


SUMBER



tinggalkan komentar

Katakan Saja Yang Sebenarnya !



Haruskah Anda Mengakui Kesalahan Yang Telah Diperbuat Kepada Atasan Dan Bagaimana Sajakah Caranya?

Sejak kecil kita sering sekali menyalahkan orang lain atas segala masalah-masalah kita. Bahkan ketika tertanggap Basah melakukan yang salah pun relaksi pertama yang dilakukan jarang sekali kita langsung untuk mengakui kesalahan dan jarang langsung untuk memperbaikinya, sebaliknya sering kali berdalih, merasiolisasi atau berbohong dalam upaya untuk melarikan diri dari konsekuensi atas perbuatan-perbuatan salah yang telah diperbuat.

Dalam dunia kerja melakukan kesalahan adalah suatu hal yang lumrah. Semua orang yang bekerja dalam semua posisi mulai dari pimpinan hingga bawahan pernah melakukan kesalahan. Tetapi yang menjadi pertanyaan kita! Haruskah anda mengakui kesalahan yang telah diperbuat kepada atasan kita ?

Mengakui kesalahan yang kita telah perbuat diakui sebagai sesuatu yang memberatkan! Tidak mudah memang mengakui sebuah kesalahan karena akan dapat memberi nilai minus atas integritas kita di mata atasan/pimpinan kita, namun juga hal yang perlu kita sadari adalah menyembunyikan kesalahan kita adalah juga merupakan perbuatan-perbuatan yang sia-sia, seperti ada pepatah katakan bahwa bangkai yang ditutup-tutupi akan tercium juga, akibat dari kesalahan yang kita telah perbuat lambat-laun pasti akan muncul juga ke permukaan, pasti selalu ada ganjaran atas kesalahan yang telah kita perbuat.

Sekarang ini mungkin anda melakukan kesalahan! Anda tahu dan anda sadar akan resiko-resiko yang nantinya akan diterima dari kesalahan-kesalahan yang anda telah perbuat , anda begitu keras hati untuk mengakui kesalahan yang telah diperbuat, dan mungkin anda merasa sulit sekali untuk berkata “ ini kesalahan saya, “ atau sayalah yang bertanggung jawab. “ bagi anda merasa jauh lebih mudah melemparkan kesalahan kepada orang lain.
“iya memang melemparkan kesalahan kepada orang lain dirasakan jauh lebih mudah dari pada mengakui kesalahan diri, tetapi ingat apa yang ditabur itu juga yang akan dituainya, jika suatu saat semua orang akhirnya akan dapat melihat bahwa anda adalah seorang yang tidak memiliki intergritas, karena melemparkan kesalahan kepada orang lain dan tidak berani bertanggung jawab maka siapapun anda, anda akan di nilai sebagai seorang yang tidak dapat dipercaya dan dinilai kurang bertanggung jawab.

Ada manfaat dari kita mengakui kesalahan dan mengatakan kebenaran.

A. Dapat Memperoleh dan Mencari solusi

Begitu Anda menyadari akan kesalahan yang telah Anda buat segeralah untuk mengakui kesalahan tersebut guna memperoleh serta mencari solusi sebagai jalan keluar akibat dari kekacauan yang ditimbulkan Dengan demikian, Anda menunjukkan sikap bertanggungjawab dan tidak lepas tangan atas kesalahan yang dilakukan.
Jika kita semakin lama mendiamkan masalah dan tidak segera mengakui serta menyelesaikannya maka sikap mendiamkan persoalan akan memberi pengaruh negative sebab mendiamkan suatu masalah akan membuat situasi yang akan dihadapi dan ditanggung akan semakin memburuk. Atasan anda akan lebih menghargai jika Anda berani terbuka dan mengakui kesalahan dengan segera, sehingga bisa bersama-sama mencari solusi untuk memecahkan permasalah yang ditimbulkan.


B. Belajar dari kesalahan

Tidak sedikit orang yang ragu mengakui kesalahan karena tidak ingin dicap bodoh dan tidak kompeten. Namun yang menjadi pertanyaan bagi anda adalah mampu kah anda tenang dan tidur nyeyak sementara Anda telah melakukan kesalahan yang tidak diakui! Jawabanya tergantung pada diri Anda sendiri. Mengakui kesalahan tergantung dari tingkat toleransi masing-masing karakter individu, namun jika seorang berani mengakui kesalahannya hal tersebut sebagai sebuah pemurnian karakter, dan Anda akan dibawa pada tingkat dan pengertian integritas diri yang lebih baik lagi.

Sebab itu Mari belajar untuk mengakui kesalahan kita. Katakan saja yang sebenarnya! Sebab ini akan menolong anda untuk menemukan solusi dan akan membuat anda belajar dari pengalaman untuk memperbaiki kesalahan anda. Anda akan merasakan ketika masalah itu selesai anda akan menemukan sebuah pengertian ternyata begitu pentingnya untuk mengatakan suatu kebenaran.


SUMBER



tinggalkan komentar

Kamis, 10 November 2011

Tidur Siang Untuk Produktifitas Kerja



Tidur siang bisa meningkatkan produktifitas. Benarkah? Kedengarannya bertolak belakang dengan pemahaman dan praktek yang dilakukan selama ini. Bukankah selama ini kita di’doktrin’ dengan pemikiran untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada, termasuk jam makan siang dan setelah jam kerja, untuk meningkatkan produktifitas dan kinerja kerja? Rasanya tidak terbayangkan jika harus tidur siang di sela-sela waktu istirahat. Alih-alih dianggap sebagai usaha untuk boosting productivity, bisa-bisa saya dianggap pemalas, mungkin itu yang ada di pikiran Anda.

Mengapa sebaiknya tidur siang?
Sebuah fakta yang diujarkan Dr. Sara C. Mednik dalam bukunya “Take a Nap! Change Your Life” justru menganjurkan untuk tidur siang. Menurut beliau, tidur siang membantu proses memori, kesiagaan dan belajar hal baru. Hal-hal penting yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Terlebih lagi jika waktu tidur malam kurang dari waktu yang direkomendasikan yaitu 8 jam. NASA juga menyetujui hal yang sama. Penelitian mereka menunjukkan bahwa tidur siang selama 26 menit bisa meningkatkan performa sebanyak 34%.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa power nap selama 20 menit di siang hari memberikan tubuh kesempatan untuk berisitrahat lebih baik dibandingkan tidur dengan waktu yang sama di pagi hari. Naturally, tubuh mulai merasakan kelelahan setelah terjaga selama 8 jam, karena itulah tidur siang merupakan saat yang tepat untuk mengembalikan kesegaran tubuh.

Berapa lama sebaiknya Anda tidur siang?
Banyak pakar yang menyarankan untuk tidur selama 15 – 30 menit. Akan tetapi sebuah riset juga menyebutkan bahwa tidur siang selama 1 jam akan memberikan dampak perbaikan dan peningkatan fungsi kognitif lebih baik dari tidur siang hanya selama 30 menit. Namun tentunya hal ini harus disesuaikan dengan waktu yang Anda miliki. Jika waktu yang tersisa hanya 15 menit, manfaatkanlah untuk tidur. Cobalah untuk memejamkan mata dan rileks hingga Anda terlelap. Rileks membantu untuk mengurangi stress dan menyegarkan pikiran Anda. Hal ini tentunya akan memberikan Anda nergi lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan sampai jam kerja berakhir.

Mungkinkah dilaksanakan dan bagaimana?
Beberapa perusahaan di Jepang menyediakan ruangan bagi karyawan yang ingin tidur siang. Bahkan di Cina, ada hukum yang menjamin waktu untuk istirahat sejenak setelah makan siang. Di kota-kota besar di Spanyol, banyak restoran yang menyediakan tempat bagi karyawan untuk tidur sejenak setelah makan siang. Sudah sejak lama tidur siang jadi kebiasaan masyarakat di kota-kota di Eropa. Mulai banyak manajemen perusahaan yang memperhatikan kebutuhan tidur siang karyawan karena lagi-lagi sebuah penelitian membuktikan kalau pekerja yang terlalu lelah bisa merugikan perusahaan hingga USA $150 milyar karena produktifitas yang berkurang.

Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia rasanya belum ada perusahaan yang menerapkan kebijakan untuk tidur siang. Alhasil, karyawan harus pandai-pandai memanfaatkan waktu istirahat yang ada untuk tidur siang. Karena waktu terbaik untuk tidur siang adalah sekitar jam 1 – 3 siang, cobalah untuk menyisihkan waktu setelah makan siang untuk memejamkan mata sejenak, walaupun waktu yang tersisa hanya 5 menit. Padamkan lampu ruangan atau carilah ruangan yang minim cahaya dan suara karena kedua faktor ini membantu untuk terlelap lebih cepat.

Jika Anda tidak memiliki waktu sama sekali untuk tidur siang atau merasa tidak nyaman melakukannya di tengah hingar bingar kantor, cobalah untuk melakukan meditasi. Hal ini memberikan kesempatan bagi tubuh untuk istirahat dan membantu memproduksi gelombang otak yang sama seperti saat kita tidur.
Kata kunci: tidur siang di kantor, tidur siang meningkatkan produktifitas, manfaatkan istirahat siang, take a nap, tidur siang membantu proses memori


SUMBER






tinggalkan komentar

Selasa, 08 November 2011

Talent War dan Predatory Recruitment



Pagi itu gerimis membelah jalanan kota Jakarta. Di salah satu ruang gedung perkantoran di bilangan Sudirman, seorang CEO sebuah perusahaan finansial berdiri dengan penuh rasa masygul. Minggu lalu, 25 karyawan terbaiknya dibajak oleh perusahaan pesaing. 25 orang sekaligus dalam waktu yang sama.

Peristiwa itu sungguh membikin sang CEO shock. Di tengah target pertumbuhan bisnisnya yang dipatok tinggi, kehilangan 25 orang terbaik sungguh merupakan pukulan yang signifikan (apalagi mereka semua dibajak oleh kompetitor yang sama). Ia hanya bisa memandang sendu ke jendela kantornya yang megah. Di luar sana, langit mendung masih saja menggantung dan gerimis masih saja turun.

Selamat datang di era Talent War. Inilah sebuah era dimana beragam perusahaan bertarung dan berjibaku untuk memperebutkan karyawan dan manajer-manajer ulung. Di tengah pertempuran yang acap sengit itu, tak jarang sejumlah perusahaan tergoda untuk melakukan predatory recruitment : membajak satu batalion karyawan terbaik milik para pesaingnya.

Ilustrasi yang mengawali tulisan ini sungguh terjadi di bulan lalu, ketika sebuah perusahaan sekuritas papan atas kehilangan 25 karyawan terbaiknya – dibajak oleh perusahaan di bidang yang sama dan baru mulai ekspansi.

Pembajakan antar karyawan tentu saja mengindikasikan kurangnya pasokan talenta-talenta terbaik (talents scarcity). Dan tak pelak ini merupakan sebuah ironi. Ditengah jutaan sarjana yang masih menganggur, di luar sana ternyata banyak perusahaan yang kelimpungan dan merasa kekurangan tenaga kerja andal.

Sejatinya, pembajakan karyawan – baik dengan cara halus ataupun setengah halus – telah menjadi fenomena umum di sejumlah industri – terutama di industri keuangan, perbankan, consumer goods, dan telekomunikasi. Enam bulan lalu, teman saya beserta seluruh anggota sebuah divisi di suatu bank – satu kampung – pindah serentak ke bank pesaing (ini ibarat memindah satu divisi full team ke perusahaan pesaing).

Kurangnya pasokan tenaga andal tidak hanya terjadi di perbankan (kalangan bank syariah bilang mereka kekurangan 4000 bankir syariah andal). Industri telco makin sulit mencari engineer. Pasokan pilot, nakhoda, dan masinis di Indonesia masih jauh dibawah kebutuhan yang ada (mencari supir taksi yang andal juga bukan hal yang mudah. Apalagi supir metromini).

Banyak teman saya yang menjadi HR/Recruitment Manager suka bilang, betapa sulitnya mencari kandidat bagus di beragam bidang. Entah itu di bidang sales, production atau apalagi di bidang IT (seorang klien saya bilang butuh waktu lebih dari 12 bulan untuk bisa mendapatkan programmer top).

Itulah kenapa industri head hunting (atau head hunter) bisa menjadi subur. Dalam era talent war yang keras, mereka sering menjadi partner perusahaan untuk merebut talenta-talenta terbaik.

Dan begitulah, para head hunter itu terus bergerilya : setiap pagi dan sore terus menelpon calon-calon bidikannya, dan merayu agar mereka mau pindah ke perusahaan klien-nya. Dan bujukan untuk pindah itu acap menggiurkan.

Bagaimana caranya memenangkan talent war yang sengit itu? Seperti yang sudah pernah saya sampaikan, mungkin cara yang paling afdol adalah dengan grooming talent from internal sources. Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan secara reguler melakukan program Management Trainee (Management Development Program untuk Fresh Graduates).

Cara lain adalah mendirikan learning center dengan kurikulum pendidikan/pelatihan yang lengkap; dengan tujuan menggodok para calon top talents. Bank-bank besar seperti Bank BRI dan Danamon telah memiliki learning center yang megah dan terpadu. Beberapa waktu lalu, perusahaan AXA juga mendirikan Axa Learning Academy untuk mencetak para tenaga asuransi andal.

Meski butuh waktu panjang, cara-cara seperti diatas jauh lebih elegan dibanding teknik predatory recruitment yang bisa membuat pesaing yang dibajak kolaps dan terluka. Cara diatas juga mungkin lebih sustainable dibanding mengandalkan bantuan head hunter yang tiada lelah memburu para top talents.

Meski kadang dering telpon dan bujukan dari headhunter itu sungguh amat menggoda. Salah satunya adalah seperti ini : apakah Anda bersedia pindah ke perusahaan klien kami, dengan gaji dua kali lipat dari yang Anda terima sekarang?

Alamaak. Siapa tahan dengan godaan semacam itu?


SUMBER




tinggalkan komentar

Senin, 07 November 2011

Ciptakan Kesan Pertama yang Menggoda



Yang ingin disampaikan untuk Anda berikut ini adalah sebuah teknik favorit dalam menciptakan kesan pertama yang baik. Sebuah teknik sederhana, namun inilah kunci kesuksesan saya menjadi inspirator hubungan harmonis. Tentu saja teknik ini juga ampuh jika diaplikasikan saat interview kerja.

Pada saat pertama kali saya belajar menjadi seorang penyiar radio profesional, satu pelajaran penting yang diinstruksikan oleh instruktur siaran saat itu adalah TERSENYUMLAH saat bicara.

Menurutnya senyum bisa terdengar. Pendengar akan dengan mudah bisa membedakan mana penyiar yang ramah dan mana penyiar yang tidak ramah atau judes. Seperti kita ketahui, bahwa umumnya orang akan lebih suka pada orang yang ramah dibanding dengan penyiar yang judes. Jika dalam siaran radio saja pendengar bisa membedakan penyiar mana yang ramah atau tidak, apalagi kalau berhadapan langsung bukan?

Pendapat itu semakin dikuatkan lagi setelah saya mendalami Neuro Associative Conditioning System, sebuah teknik penggalian, pengembangan, dan penataan potensi diri. Senyum yang nampaknya sebuah pekerjaan mudah ini ternyata berdampak besar dalam "menaklukan" hati seseorang.

Senyum mampu menciptakan empat hal yang luar biasa:

1. Menimbulkan rasa percaya diri
2. Kebahagiaan
3. Gairah dan semangat
4. Penerimaan yang tulus

Orang yang tersenyum dianggap sebagai orang yang percaya diri karena ketika kita sedang grogi atau tidak yakin dengan diri kita atau sekitar kita, kita cenderung untuk tidak tersenyum. Tersenyum akan menimbulkan kebahagiaan sehingga akan mempertemukan kita kepada orang-orang yang bahagia: Karena kita melihat mereka dengan cara yang positif.

Semangat sangat penting untuk menciptakan kesan yang baik karena semangat itu akan menular kepada orang lain. Dengan tersenyum Anda menunjukan bahwa Anda menyenangi lingkungan Anda berada dan senang bertemu dengan orang yang Anda temui sehingga pada gilirannya dia akan semakin tertarik untuk bertemu Anda.

Pada akhirnya, tersenyum menunjukkan penerimaan yang tulus dan menyebabkan orang lain tahu bahwa Anda mau menerima dia dengan tulus. Pernahkah Anda merasa heran, kenapa anjing begitu dicintai? Karena binatang tersebut menyambut kita dengan penerimaan yang tulus. Apabila Anda memiliki ekor, maka kibaskanlah. Namun karena Anda tidak memiliki ekor, maka tersenyumlah.

Kalau pun Anda tak mampu tersenyum semanis Monalisa, mulai saat ini tersenyumlah pada setiap orang yang Anda jumpai. Lalu perhatikan betapa ajaibnya tindakan Anda itu. Pada awalnya membiasakan diri tersenyum itu terasa sulit seperti berenang di agar-agar jeli, namun dengan latihan terus-menerus dijamin Anda akan menjadi pribadi yang menawan dan jangan heran kalau hari-hari Anda akan disibukan oleh penggemar yang ingin foto bareng dan minta tanda tangan.

"Senyuman adalah sebuah lengkungan yang bisa meluruskan setiap pesoalan"

With Love & Respect
Sigit Risat, Inspirator Hubungan Harmonis

SUMBER




tinggalkan komentar

Minggu, 06 November 2011

MANAJER : KERAP MEMBUKA PINTU KOMUNIKASI



Pada dasarnya setiap karyawan ingin bersosialisasi dengan atasannya. Yang membuat itu tidak terjadi dalam prakteknya adalah karena berbagai faktor. Faktor utama yang sering dihadapati adalah rasa malu dan segan. Bahkan yang paling gawat adalah rasa rendah diri. Namun kondisi seperti itu tidak berdiri sendiri. Bisa jadi semuanya terjadi disebabkan faktor dari kepemimpinan manajernya. Misalnya sikap manajer yang kaku, otoriter, bicara seperlunya, dan ada kesan untuk tidak ingin berhubungan langsung dengan bawahannya. Kalau sudah demikian maka komunikasi antara bawahan dan atasan akan mampet tersumbat.

Kemampetan komunikasi akan bersifat fatal ketika para karyawan ingin menyampaikan masalah-masalah yang menyangkut unit kerja, perusahaan, dan pribadinya. Begitu pula gagasan yang akan disampaikan karyawan pun tidak bakal sampai ke manajer. Dengan demikian manajer akan kehilangan momentum untuk mengetahui secara terinci apa yang dihadapi karyawannya. Di sisi lain para karyawan tidak berdaya dalam mengatasi masalah yang dihadapi unit kerja atau masalah pribadinya. Kalau itu terjadi maka lingkungan kerja akan mengalami gangguan turbulensi seperti kebisingan psikologis dan koordinasi kerja yang tidak lancar. Pada gilirannya kinerja karyawan dan unit akan mengalami penurunan.

Kondisi demikian tidak bisa didiamkan. Seharusnya sang direktur, sebagai atasan manajer, melakukan investigasi mengapa komunikasi pada unit tertentu mengalami hambatan. Direktur bisa bertanya unsur-unsur penyebabnya kepada manajer. Kalau diketahui unsur penyebabnya berasal dari manajer maka direktur dapat menegurnya. Kemudian disusun suatu prosedur operasi standar bagaimana melakukan komunikasi termasuk apa dan bagaimana kalau karyawan ingin bertemu dengan manajernya. Misalnya apa yang harus dilakukan karyawan jika ingin menyampaikan suatu masalah dan gagasan tertentu. Apakah langsung ke manajer ataukah di dalam rapat koordinasi. Juga perlu dipertegas pada situasi apa saja karyawan bisa langsung berjumpa dengan manajer.

Idealnya adalah pihak manajer bersedia membuka pintu lebar-lebar ruang kerjanya ketika karyawan berkeinginan untuk menghadap. Semakin terbuka lebar semakin terbuka pula para karyawan menyampaikan permasalahan dan gagasan-gagasannya. Dalam hal ini manajer akan menjadi pendengar yang baik. Tidak bersikap apriori dan tidak merasa terganggu. Dengan senang hati manajer bersedia mengolah dan berdiskusi dengan karyawan dalam mengatasi setiap masalah organisasi dan individu karyawan. Kalau ini berlangsung secara bersinambung maka suasana kerja akan semakin nyaman. Komunikasi tidak saja berlangsung horizontal tetapi juga vertikal. Umpan balik terjadi secara dinamis. Otomatis setiap kemungkinan bakal terjadinya konflik sudah dapat diantisipasi. Semua itu akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan dan unit kerjanya.

Dalam hal ini manajer hendaknya menumbuhkan sikap karyawan yang memandang komunikasi itu sebagai kebutuhannya sekaligus sebagai kebutuhan organisasi. Dengan kata lain karyawan didorong bersikap transparan dan akuntabel. Lambat laun rasa segan dan rasa malu bahkan rasa rendah diri dari karyawan untuk bertemu wicara dengan manajernya akan semakin hilang. Tentunya komunikasi yang dikembangkan tidak kaku hanya melalui jalur formal saja. Malah untuk beberapa hal, komunikasi jalur informal sering terbukti jauh lebih efektif ketimbang jalur formal.

SUMBER



tinggalkan komentar

BOSAN DAN JENUH BEKERJA



“Ah bosan yang itu-itu juga”; demikian kalau seseorang sedang mengeluh akan sesuatu. Tiap orang bisa dipastikan pernah mengalami kebosanan. Apakah itu berkait dengan masalah makanan, pekerjaan, benda yang dimiliki, pemandangan ataukah tentang obrolan. Misalnya kalau toh diberi satu unit tambahan makanan atau pekerjaan baru maka yang muncul adalah semakin berkurangnya tambahan kepuasan yang bersangkutan. Akumulasi dari kebosanan atau ketidakpuasan adalah salah satu langkah menuju kejenuhan. Kalau seseorang mengalami kejenuhan dalam bekerja maka akibatnya fatal. Yang bersangkutan bakal malas, ketidaksungguhan bekerja dan mengalami penurunan kinerja. Dan kalau tidak ada upaya perubahan mereka akan keluar dari perusahaan. Tentunya mencari suasana bekerja yang baru. Pertanyaannya mengapa karyawan bisa mengalami kejenuhan kerja?

Jenuh merupakan fenomena psikis. Ia bicara tentang suatu perasaan dan mental. Misalnya kelelahan fisik dalam bekerja bisa menimbulkan kelelahan nonfisik atau mental. Mental orang tersebut direfleksikan dalam bentuk keluhan-keluhan. Selain itu karena faktor ketidaknyamanan bekerja karena melakukan pekerjaan yang monoton atau kurang menantang. Juga bisa terjadi karena kurangnya penghargaan dari atasan; pengetahuan yang dimiliki karyawan yang tidak berubah; jenis tugas dan tanggung jawab yang statis; jenis pekerjaan yang kurang bervariasi; lingkungan kerja yang kurang nyaman; fasilitas pendukung kerja yang kurang, dan kurangnya kegiatan sosial/kekeluargaan di lingkungan perusahaan. Akumulasi dari keluhan itu akan sampai pada tingkat kejenuhan tertentu.

Otak karyawan yang sedang mengalami kejenuhan tidak bekerja secara optimum karena tidak adanya stimulus atau rangsangan dari luar. Malah yang terjadi adalah kegelisahan emosional yang terus menerus. Lalu derajat kreatifitas dan inisiatif akan mengalami penurunan. Akhirnya produktifitas kerja ikut menurun. Kalau tidak teratasi maka bisa saja para karyawan melakukan protes kepada perusahaan. Secara lambat namun pasti hal demikian akan menurunkan kinerja perusahaan. Karena itu perusahaan harus memahami kalau ada karyawannya yang jenuh dan mencari pemecahannya.

Menentukan upaya mengatasi kejenuhan bekerja akan sangat bergantung pada faktor penyebabnya. Kalau dia seorang karyawan maka upaya mengatasi kejenuhan bisa didekati dari dua sisi yakni sisi individu karyawan dan perusahaan. Dari sisi upaya individu karyawan bersangkutan, pendekatannya berupa; (1) peningkatan pengetahuan baru melalui pelatihan dan upaya sendiri dengan banyak membaca buku-buku praktis; (2) peningkatan kreatifitas dan kemudian menyampaikannya kepada atasan untuk dapat direalisasi oleh perusahaan; dan (3) menjaga atau memelihara kesehatan fisik dan mental dengan prima.

Sementara dari sisi perusahaan, upaya mengurangi kejenuhan karyawan antara lain berupa; (1) pengayaan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi, kepuasan dan kinerja karyawan. Karyawan diberi jabatan yang lebih tinggi agar mereka mengalami beberapa kondisi psikologis krusial, termasuk memperoleh pekerjaan yang bermanfaat, perasaan tanggungjawab, dan memiliki pengetahuan dari hasil aktual dari kegiatan bekerja yang lebih besar; (2) perluasan pekerjaan dengan pemberian pekerjaan tambahan kepada karyawan agar mereka mendapat pengetahuan dan pengalaman serta tanggungjawab baru. Karena jabatannya tetap sama maka beban kerja karyawan seharusnya tidak menjadi berlebihan di atas standar operasi kerja organisasi; (3) rotasi pekerjaan yakni suatu tehnik perancangan kembali suatu pekerjaan yang diperuntukkan bagi karyawan yang punya kesempatan untuk pindah dari pekerjaan yang satu ke yang lainnya untuk belajar dan memperoleh pengalaman dari keragaman tugas. Manfaatnya, antara lain meningkatkan keterampilan karyawan dalam melakukan pekerjaan lebih dari satu tugas yang sekaligus akan mengurangi kejenuhan kerja; dan (4) meningkatkan kegiatan informal berupa pertemuan sosial atau kekeluargaan perusahaan, misalnya acara darmawisata, olahraga, dan kesenian.


SUMBER





tinggalkan komentar

Apa Yang Akan Ada Di Depanmu?

Seringkali kita selalu memprediksikan mengenai apa yang kita lihat saja. Kita tidak pernah mengetahui, bahwa hidup kita sebenarnya tidak akan sanggup kita prediksikan dan bahkan kita tidak akan pernah mengetahui apa yang akan menjelang di depan kita.

Kita selalu menginginkan segala sesuatu berdasarkan apa yang kita pikirkan. Kita seringkali tidak menyadari bahwa semua yang ada didepan kita, sebenarnya merupakan hal yang akan kita hadapi. Suka atau tidak suka, dan semuanya sepertinya tidak berjalan sesuai yang kita harapkan.

Kita semua tahu, di dalam dunia ini, hidup sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Apa yang ada di hadapan kita, dan apa yang akan menjelang, tiada seorangpun yang tahu. Namun ada hal yang perlu kita ketahui di dalam hidup, yaitu tulus dan rendah hati. Kedua hal itu sepertinya merupakan hal yang sederhana, tetapi kenyataannya hal itu memiliki dampak yang luar biasa.

Ketika kita tulus dan terbiasa mengarungi hidup dengan rendah hati, maka segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan terarah pada tujuan yang benar. Sang Pencipta tidak akan membelokkan jalan kita ke arah yang salah, tetapi Dia akan menuntun kita ke arah yang benar. Mungkin kita merasa bingung karena sepertinya jalan yang harus kita lalui berbeda dengan apa yang kita pikirkan, akan tetapi..ketulusan dan kerendahan hati akan membuat kita percaya, bahwa apa yang ada di depan kita adalah hal yang paling baik, meskipun mungkin harus melampaui hal yang diluar akal pikiran kita.



Foto : Ms. Julia Lawrencia

Kita harus tahu, bahwa segala sesuatu telah diatur dengan baik olehNya dan akan diberikan dengan baik pada waktuNya yang tepat. Ketika kita percaya bahwa Sang Pencipta telah menyediakan dan mengatur semua hal yang terbaik bagi kita, maka kita akan semakin meyakini..bahwa apa yang didepan kita..adalah hal indah yang telah dipersiapkan Sang Pencipta bagi kita..

Sang Pencipta adalah Mahakarya yang hebat..dan Ia telah mempersiapkan suatu masa depan yang indah..yang baik..dan yang sesuai dengan kehendakNya..asalkan kita menjalani hidup dengan tulus dan rendah hati..serta tahu untuk mengucap syukur senantiasa atas semua pemberianNya.

SUMBER





tinggalkan komentar

persaingan Antar Divisi di Perusahaan



Meskipun berada dalam satu atap atau bekerja di bawah satu bendera, kita sering melihat situasi sulitnya individu dalam dua departemen yang berbeda bekerjasama. Seorang account officer bank berteriak marah ketika menceriterakan betapa pihak kantor pusat menggampangkan dan mengabaikan peringatannya untuk memperbaiki servis pada nasabah. Sebagai akibat, nasabah menarik seluruh dananya dari bank. “Apa sih salahnya ikut memikirkan kepuasan pelanggan? Sekarang kalau nasabah lari, siapa yang mau menanggung tidak tercapainya target cabang kami?”

Di perusahaan lain di mana distribusi merupakan tulang punggung kelancaran servis pada pelanggan, sikap mementingkan kepentingan sendiri juga menjadi masalah sehari-hari. Permintaan cabang untuk "meminjam" stok barang dari cabang lain kerap tidak diluluskan oleh cabang tersebut. Alasannya, mereka khawatir kalau stok mereka sendiri habis, sehingga tidak bisa melayani pelanggan di cabangnya. Alhasil, lagi-lagi pelanggan dikecewakan dan perusahaan pun rugi. Kita lihat, upaya mementingkan diri sendiri atau divisi sendiri seolah menutup mata para karyawan akan pentingnya nilai pelayanan pelanggan yang senantiasa digaung-gaungkan. Padahal, kita semua tahu, hidup mati perusahaan ditentukan oleh kepuasan pelanggan.

Gejala “silo”-ing’ seperti ini memang sangat berbahaya, apalagi bila dibiarkan berlarut-larut. Seorang kolega, dalam sebuah kesempatan meeting tim, menganjurkan anak buahnya untuk tidak membeberkan borok divisi sendiri. “Masih banyak support dari divisi lain yang bisa kita beberkan,” ungkapnya. Bila hal ini terjadi di perusahaan yang sangat besar, tentu kita bisa lebih memaklumi. Namun, di perusahaan dengan karyawan hanya sejumlah 50 orang, hal ini sangat bisa terjadi.

Padahal, kita semua tahu bahwa cara paling jitu untuk mengefisienkan layanan kita adalah dengan mengurangi birokrasi dan menguatkan integrasi horizontal. Bagaimana mungkin kita bisa bersaing bila antardivisi dalam perusahaan tidak ada upaya saling memahami, saling menolong, tidak adanya empati, dan kesulitan untuk bekerjasama secara seamless? Hal yang dipentingkan pelanggan adalah kebutuhannya terpenuhi, dan ia mendapat solusi atas permasalahannya. Jika itu tidak diperoleh, dengan mudah mereka beralih ke tempat lain. Pelanggan mana mau tahu tentang cara kita berorganisasi, berkomunikasi, dan berkoordinasi?

Tema sasaran bersama
Target yang terukur tentu saja hal yang positif karena bisa memotivasi kita untuk bergerak. Namun, bila kita terpaku pada target kuantitatif, misalnya saja target penjualan, kita bisa jadi seperti memakai kacamata kuda, berusaha untuk mencapainya tanpa peduli caranya. Inilah yang sering menjadi sumber ketegangan antardivisi. Sering terjadi satu pelanggan diperebutkan oleh beberapa cabang dalam satu perusahaan. Bisa juga pihak sales membuat janji pada pelanggan tanpa memikirkan kesulitan yang akan dihadapi oleh back office. Terkadang komunikasi macet hanya sampai di satu bagian, padahal kebutuhan pelanggan seharusnya diketahui oleh pihak atau divisi lain. Bila terjadi kesalahan, saling tudinglah yang langsung terjadi.

Keadaan cakar-cakaran seperti ini tentu harus dihentikan. Perusahaan yang lebih maju, tidak semata membuat target penjualan dan laba, tapi juga mengusung sasaran bersama yang berbentuk tema. “Kita sedang mengurangi tingkat kesalahan order-processing” atau "Kita sedang me-refresh pengetahuan kita tentang kebutuhan pelanggan”. Sasaran tematik ini ampuh untuk merekatkan bagian satu dengan yang lain, walaupun setiap divisi pasti mempunyai indikator prestasinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, kita bisa menemukan common ground yang membuat kerjasama antardivisi jadi lebih harmonis.

Dengan semakin terbiasanya karyawan dengan sasaran kualitatif, mereka pun akan juga mulai berpikir bukan sekadar uang, tetapi juga kualitas kerja. Bahkan, lebih jauh lagi, kualitas hidup. Gaung tema untuk jangka pendek tentu perlu juga ditunjukkan oleh komitmen pimpinan tertinggi, tidak bisa hanya ditugaskan kepada bagian kecil perusahaan yang bertugas mengumandangkan komunikasi ke seluruh perusahaan. Hanya dengan meng-cascade hal–hal kualitatif beginilah kita bisa mengembangkan hubungan yang lebih encer dan obyektif.

Bangun kapasitas
Tentu kita pernah menemui petugas frontline yang salah melayani pelanggan, karena kemampuannya yang terbatas. Sebelum kita menuduh ia tidak mau bekerjasama, kita sebaiknya memperhatikan, apakah teman kita ini tahu cara bekerja sama, tahu apa yang ditugaskan kepadanya, dan sejauh mana pengetahuan yang ia miliki tentang penyelesaian masalahnya. Orang yang terpaku pada tugasnya saja dan tidak berkesempatan untuk melihat rantai pelayanan secara menyeluruh, bisa tampil sebagai orang yang "tambeng" dan tidak mau tahu.

Kita memang tidak bisa menutup mata akan ungkapan: “Old habits die hard”, yang sering disinggung oleh para ahli manajemen perubahan. Hanya dengan pelatihan intensif yang bersifat multi-domain dan boundary-spanning baru kita bisa berdansa dengan perkembangan jaman. Kita harus memastikan bahwa manpower kita siap berkooperasi, bekerja sama dan berkoneksi dengan baik. Bukankah kita sendiri sering menyaksikan orang yang ngotot dan menekankan perbedaan sebagai orang yang hilang akal atau tidak berkapasitas? Ini saatnya kita kembali dan terus menghidupkan semboyan yang sangat genius: Bhineka Tunggal Ika. Jika kita tidak mengembangkan kapasitas diri, hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan kepentingan bersama, akan terpecah-pecahlah spirit kita.

SUMBER






tinggalkan komentar

Hal-Hal Kecil Yang Mengganggu Kenyamanan Kerja



Selama ini pihak managemen selalu berpikir bahwa penyebab karyawan pindah ke tempat kerja yang lain adalah selalu karena upah, tetapi faktanya ada hal-hal yang sepertinya kecil tetapi mengganggu kenyamanan bekerja sehingga membuat orang mencari tempat baru. Hal-hal tersebut misalnya saja :

1. Kurang fasilitas toilet
Sudah sepatutnya pihak manajemen memperhatikan kebutuhan para pekerjanya yang menyangkut kesehatan karyawannya yang bukan saja fasilitas tunjangan kesehatan tetapi termasuk juga toilet. Sebaiknya perusahaan juga memikirkan mengenai penyedian ruang toilet yang disesuaikan dengan jumlah karyawannya. Kurangnya ruang toilet dapat menyebabkan karyawan mengantri dan hal tersebut membuang waktu kerja karena harus berlama-lama di toilet. Sediakan fasilitas toilet ini dengan penerangan yang cukup, pertukaran udara yang cukup dan air yang cukup. Sediakan juga petugas kebersihan dengan perlengkapan kebersihan yang cukup seperti tempat sampah, kain pel sehingga tidak becek, pewangi ruangan, tissue, dll

2. Memberikan kesempatan karyawan untuk berkreativitas. Misalnya fasilitas berolah raga, event bersama yang dapat menimbulkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Sebab tugas pekerjaan bukan segala-galanya, dengan kebersamaan akan lebih senang mengerjakannya.

3. Jangan beranggapan dengan pengontrolan dan pengawasan ketat bahkan pemberian hukuman membuat karyawan tetap bekerja. Jangan selalu berpikir bahwa karyawan selalu malas dan selalu mencari kesempatan menghindar dari tugasnya.

4. Hubungan yang harmonis dengan bawahan.
Pandanglah pekerjaan bawahan sama pentingnya dengan pekerjaan anda sebagai atasan. Mereka mendukung pekerjaan dan kesuksesan anda


SUMBER





tinggalkan komentar

Rabu, 02 November 2011

Melamun dan Bisnis



Tiada hari tanpa melamun. Itulah yang terjadi pada setiap manusia di bumi ini. Apakah itu melamunkan suatu kejadian yang telah berlangsung, masalah pribadi, masalah pekerjaan, masalah keluarga, masalah politik, masalah nasib, masalah ekonomi dsb. Bisa melamunkan hal-hal positif dan bisa juga negative. Tentunya fokus dan bobot yang dilamunkan oleh setiap orang akan berbeda sesuai dengan status sosialnya. Politikus melamun tentang bagaimana memenangkan pemilu, dokter melamun tentang cara-cara pengobatan, dosen atau peneliti melamun tentang metodologi penelitian, militer melamun tentang peperangan dan perdamaian, polisi melamun tentang tertib masyarakat, pebisnis melamun tentang keuntungan dan ekspansi perusahaan, orangtua melamun tentang kesejahteraan keluarga, anak muda melamun tentang cita-cita masa depan atau tentang pacarnya, dsb. Ada kecenderungan semakin banyak masalah yang dihadapi seseorang semakin banyak melamun. Kalau sudah begitu dengan lamunannya,seseorang terkadang tidak sadar ada orang lain yang menegurnya. Semacam sementara waktu kehilangan kendali akan keadaan dirinya.

Apakah melamun itu perbuatan negatif? Ya bisa jadi seperti itu kalau melamun dipandang sebagai pekerjaan yang sia-sia atau perilaku malas. Padahal dalam prakteknya kebanyakan tidak seperti itu. Seorang peneliti menghasilkan temuan mutakhir diawali dari melamun atau menghayal. Seorang dosen mampu membuat buku-buku ilmiah juga didasarkan pada lamunannya. Seorang pebisnis menemukan suatu komoditi yang layak pasar ketika dia selesai melamun tentang ekspansi bisnis masa depan. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya betapa melamun potensial sebagai salah satu sentra kreatifitas. Hasil studi Kalina Christoff, ketua tim penelitian,, ahli psikologi dari University of British Columbia (UBC) menunjukkan otak akan bekerja aktif pada saat seseorang melamun. Bahkan lebih aktif dibandingkan pada saat kita fokus mengerjakan pekerjaan rutin,” katanya. Selanjutnya dia mengungkapkan, pada saat melamun, kita tidak bisa segera mencapai apa yang diinginkan. Namun pikiran kita akan memanfaatkan saat itu untuk menyampaikan pertanyaan terpenting dalam hidup kita.

Bagaimana melamun di dunia bisnis? Pada prinsipnya sama saja dengan di dunia non-bisnis. Misalnya bagaimana perusahaan tertentu dilamunkan oleh segenap unsur manajemen dan bahkan oleh semua karyawannya bahwa akan mampu menjadi bisnis yang bersaing di tengah-tengah era global. Lamunannya atau semacam mimpi/cita-cita itu lalu dibahas dalam suatu rapat manajemen. Disitu disusun langkah-langkah perencanaan strategis dan operasional yang matang. Kemudian disosialisasikan ke seluruh unsur perusahaan. Semua sumberdaya disiapkan dengan terencana dan solid. Dan mulailah bergerak untuk memenuhi lamunannya.

Lamunan bisa berbentuk hal-hal yang tak masuk di akal, konyol dan dekat dengan sesuatu yang “gila”. Namun dengan lamunan, gagasan aneh seperti itu diolah dan bisa berubah menjadi sesuatu yang diakui khalayak luas dan tak terduga nilainya. Syaratnya adalah harus dilakukan dalam kondisi rileks. Dengan kata lain gagasan cemerlang tidak mungkin diperoleh ketika suasana hati sedang tegang. Mengapa? Karena ketegangan akan menimbulkan kondisi otak tidak dalam keadaan nyaman dan gagal bekerja secara optimum untuk menghasilkan ide-ide cemerlang dan orisinil. Karena itu banyak hal yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang baru dengan cara melamun dalam suasana santai. Entah ketika masa reses pekerjaan, berlibur, menjelang tidur, dan bahkan di kamar mandi.

SUMBER





tinggalkan pesan

Keluhan Yang Sering Terlontar Saat Lembur



Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, itu artinya 30 menit lagi kita akan meninggalkan tempat kerja dengan segala kepenatannya. Di tengah rasa senang yang bergelora dalam dada, tiba-tiba datanglah setumpukan kertas yang dibawa oleh atasan kita. Lalu dengan manis dia berkata : “Jangan ngelamun! Ini ada lagi dari klien, selesaikan hari ini yah!”. Oh No! Seketika harapan untuk pulang tepat waktu pun sirna karena harus lembur.

Tidak hanya di Indonesia, di belahan dunia manapun lembur selalu menjadi momok bagi para karyawan. Wajah cemberut dengan seketika dan bukan hanya wajah yang bersungut-sungut, tak jarang mereka juga mengeluarkan keluhan-keluhan sambil melakukan pekerjaan. Kira-kira keluhan apa saja yang sering dilontarkan oleh karyawan saat lembur? Berikut ini adalah beberapa keluhan yang sering dilontarkan oleh karyawan saat lembur :

1.Gaji Tambahan
Tidak semua perusahaan mau menyediakan uang tambahan untuk karyawannya yang lembur. Alasannya bermacam-macam, mulai dari keuangan yang tidak memungkinkan sampai alasan birokrasi. Banyak karyawan yang kemudian mengeluh karena meskipun sering lembur, tetapi gaji tidak berubah.

2.Waktu Istirahat yang Kurang
Dalam waktu normal, rata-rata karyawan bekerja di kantor selama 8 jam. Jika ditambah dengan waktu lembur yang rata-rata memakan waktu 2 jam, maka seorang karyawan yang sedang lembur akan memakan waktu 10 jam di kantor. Belum lagi keadaan lalu lintas yang selalu macet dan bisa memakan waktu sampai 2 jam di setiap perjalanannya. Itu tandanya seorang karyawan saat lembur hanya punya waktu istirahat selama kurang lebih 10 jam setiap harinya.

3.Stress yang Lebih Cepat Datang
Bukan hanya karyawan kantoran, bahkan tentara militer atau densus 88 juga dapat merasakan stres karena pekerjaan yang mereka lakukan. Entah seberapa rapi seorang karyawan menyembunyikan rasa letihnya, tetap saja di dalam benaknya tersimpan rasa stres mendalam yang terkadang datang lebih cepat dan lebih berat.


SUMBER





tinggalkan komentar

Lima Hal Yang Membuat Bangsa Jepang Maju



Negara ini pernah dua kali dibom oleh sekutu, terlibat konflik horizontal, dan diancam kelaparan, tapi puluhan tahun kemudian menjelma menjadi negara kuat di Asia, bahkan dunia. Apa rahasia yang membuat mereka bisa berkembang dengan sangat pesat?

Ada banyak faktor yang membuat bangsa Jepang lebih maju. Tentunya kita dapat mencontoh dan menerapkannya pada keseharian kita. Berikut ini adalah lima hal yang membuat bangsa Jepang maju :

1. Pekerja Keras

“Di dunia ini tidak ada orang yang gagal, yang ada hanyalah orang yang malas”. Mungkin itulah moto yang mereka jadikan pedoman dalam bekerja. Orang Jepang dikenal pekerja keras dan profesional. Mereka tidak mudah menyerah dalam mendapatkan sesuatu.
2. Tepat Waktu

Orang Jepang dikenal sangat tepat waktu. Bagi mereka waktu adalah hal yang paling berharga. Bagi mereka, menunda pekerjaan sama dengan menambah pekerjaan. Sebenarnya sama juga dengan pemahaman orang Indonesia, hanya saja orang Indonesia kurang dalam mengaplikasikannya.
3. Punya Rasa Malu

Siapa bilang rasa malu itu harus dihilangkan? Mau jadi apa bangsa ini kalau kita tidak punya rasa malu? Malu di sini bukanlah rasa malu untuk berkembang, tapi malu untuk meneruskan kesalahan. Orang Jepang yang merasa gagal, pasti merasa malu dan mengundurkan diri. Bahkan jaman perang dulu, jenderal perang yang gagal rela untuk bunuh diri sebagai upah kegagalannya.
4. Menjaga Tradisi

Orang Jepang bukanlah tipe orang yang lupa akan kulitnya. Secanggih apapun modernisasi dan teknologi, mereka selalu memasukkan tradisi bangsa mereka. Ini bukanlah sesuatu yang kuno, tapi justru bisa menjadi ciri khas dan karakter suatu bangsa. Jika bangsa kita saja tidak mempunyai karakter, bagaimana mau maju?
5. Punya Rasa Ingin Tahu Yang Tinggi

Orang Jepang selalu mempunyai motivasi tersendiri untuk mempelajari hal yang baru. Hal itu didukung pula oleh kebiasaan mereka yang rajin membaca dan terbuka pada pemikiran baru.

Jadi, apakah kita ingin mempertahankan sifat malas dan suka menunda-nunda pekerjaan kita, atau kita bisa bangkit seperti semangat negara Jepang itu? Life is a matter of choice. Silahkan pilih sendiri jalanmu.

SUMBER





tinggalkan komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites