Sabtu, 30 Juli 2011

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK




Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Tipe Standar Profesional
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.
1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Standar pekerjaan lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
Standar pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh audito
2. Standar Atestasi

• Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
• Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
• Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat akuntan.

Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
• Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan
• Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
• Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom
4. Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Jasa konsultansi dapat berupa:
• Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
• Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
• Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
• Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
• Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
• Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer
5. Standar Pengendalian Mutu
Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.


Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
• independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankan independensi
• penugasan personel – meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
• konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai
• supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP
• pemekerjaan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten
• pengembangan profesional – meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP
• promosi (advancement) – meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
• penerimaan dan keberlanjutan klien – menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence)
• inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

Falsafah akuntansi syariah




Dalam elemen filosofi dasar ini yg menjadi sumber kebenaran dari nilai akuntansi syariah adalah dari Allah SWT sesuai dengan faham tauhid yang di anut islaam. Allah lah yg menjadi sumber kebenaran, pedoman hidup dan sumber hidayah yg akan membimbing kita sehari hari dalam semua aspek kehidupan kita .

Seperti halnya yang ditegaskan oleh Prof.Dr Umar Abdullah Zaid bahwasanya dalam Akuntansi dipahami oleh banyak orang , sekedar mencakup masalah perdagangan ,industri, keuangan, manajemen, pertanian ,pemerintahan dan lain-lain.Namun lagi-lagi salah satu elemen penting darti falsafah Akuntansi syariah adalah refleksi atas hasil yang telah dicapai oleh peran manusia dalam kekhalifahan di muka bumi

Dibalik sekian panjang perncatatan transaksi – transaksi dari mulai daftrarul yaumiyah atau jurnal umum hingga mengeluarkan sebuah laporan keuangan yang selanjutnya akan jadi bahan pertimbangan penting bagi para stakeholder maka ia bukan sebuah amanah yang dapat dipandang sebelah mata oleh seorang akuntan muslim


oleh Prof Dr Umar Abdullah Ziad dan nilai seperti ihsan ,amanah , siddiq , cerdas, dan tabligh atau menyampaikan seperti yang terangkum dalam konsep ESQ 165 .Selayaknya bak ibarat batu pijakan tiap akuntan muslim yang berjihad di atas jalan panjang da’wah ini .

Dan semua Falsafah spritual Akuntansi Shariah bermula dari kejernihan iman lalu dari sana ia mempu menyalakan akal .Kolaborasi keduanya plus gelora nurani dan ketajaman mata hati ,secara utuh melahirkan insan yang tak dilalaikan oleh jual beli dari Rabbnya Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui kemudian ia mendirikan shalat sebagai sandaran yang istirahatnya terlepas sudah berbongkah-bongkah lelah dan gelisah ,maka zakat pun tak lupu ia tunaikan sebagai bentuk ibadah yang mensucikan poko kehidupan dengan elegan dan menyuburkan ikatan sosial pada sesama .


Tujuan laporan keuangan syariah

Menyediakan informasi yg menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yg bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan lainnya adalah :

1. meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam setiap transaksi dan kegiatan usaha.
2. informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset, kewajiban, pendapoatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada yg dalam perolehan dan penggunaannya.
3. informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keunmtungan yg layak
4. informasi mengenai keuntungan investasi yg di peroleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer dan inform,asi mengenai pemenuhan kewajiban. (obligation) fungsi social entitas syariah. Termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian.


Tujuan akuntansi syariah

Segala aturan yg diturunkan ALLAH SWT dalam sistem islam mengarah pada tercapainya kebaikan kesejahteraan. Keutamaan serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan dan kerugian pada seluruh ciptaannya. Dan di ekonomi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

3 sasaran hukum islam yg menunjukan islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dan isinya.
 Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya
 Tegaknya keadilan didalm masarakat.
 Tercapainya maslahah (puncak sasaran)
Selamat agama, jiwa, akal, keluarga dan keturunannya, harta benda


Tujuan akuntansi syariah
Mulawarman (2007a; 2007b) dengan demikian adalah merealisasikan kecintaan utama kepada Allah SWT, dengan melaksanakan akuntabilitas ketundukan dan kreativitas, atas transaksi-transaksi, kejadian-kejadian ekonomi serta proses produksi dalam organisasi, yang penyampaian informasinya bersifat material, batin maupun spiritual, sesuai nilai-nilai Islam dan tujuan syariah.

Asumsi dasar

Untuk mencapai tujuannya , laporan keuangan disusun atas dasar akrual, dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain di akui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas di terima atau dibayar) dan di ungkapkan dalam catatan akuntansi serta di laporkan dal;am laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melebatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pemabyaran kas di masa depan serta sumberdaya yang merepresentasikan kas yang akan di terima dimasa depan. Oleh karena itu lapoiran keuangan menyediakan informasi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam keputusan ekonomi. Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil. Pendapatan atau keuntungan yang di maksud adalah keuntungan bruto (GROSS PROFIT).

Kelangsungan usaha , laporan keuangan biasanya disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu entitas di asumsikan tidak bermaksud mengurangi secara material skala usahanya . jika maksud itu timbul , laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar nya harus di ungkakan.


Laporan keuangan syariah

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:

(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h) dana kebajikan.
Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnyayang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantupengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
(a) Neraca;
(b) Laporan Laba Rugi;
(c) Laporan Arus Kas;
(d) Laporan Perubahan Ekuitas;
(e) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
(f) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan dan
(g) Catatan atas Laporan Keuangan.

Standard akuntansi keuangan Syariah




Dalam upaya untuk mendorong tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang seragam dan pengembangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehati-hatian, pada tahun laporan telah dilakukan pembahasan bersama pihak terkait didalam Komite Akuntansi Syariah dimana Bank Indonesia sebagai salah satu anggotanya bersama Ikatan Akuntan Indonesia dan pihak lainnya.

Komite Akuntansi Syariah bersama dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi kegiatan usaha dengan mempergunakan akuntasi berdasarkan kaidah syariah. Berikut ini daftar Standar Akutansi Keuangan yang juga akan berlaku bagi perbankansyariah :

(1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
(2) PSAK 101 (Revisi 2006) tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
(3) PSAK 102 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Murabahah,
(4) PSAK 103 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Salam,
(5) PSAK 104 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Istishna’,
(6) PSAK 105 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Mudharabah,
(7) PSAK 106 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Musyarakah.

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi keuangan dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntansi keuangan yang baik.

Standar akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syariah sangat dibutuhkan dalam rangka mengakomodir perbedaan esensi antara operasional Syariah dengan praktek perbankan yang telah ada (konvensional). Untuk itulah maka pada tanggal 25 Juni 2003 telah ditandatangani nota kesepahaman antara Bank Indonesia dengan IAI dalam rangka kerjasama penyusunan berbagai standar akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk pelaksanaan kerjasama riset dan pelatihan pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI.

Sejak tahun 2001 telah dilakukan berbagai kerjasama penyusunan standard dan pedoman akuntansi untuk industri perbankan syariah termasuk penyelesaian panduan audit perbankan syariah, revisi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 dan revisi Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Dengan semakin pesatnya perkembangan industri perbankan syariah maka dinilai perlu untuk menyempurnakan standar akuntansi yang ada. Pada tahun 2006, IAI telah menyusun draft Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Draft ini diharapkan dapat ditetapkan menjadi standar pada tahun 2007.

Dalam penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dilakukan IAI dengan bekerjasama dengan Bank Indonesia, DSN serta pelaku perbankan syariah dan dengan mempertimbangkan standar yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah internasional yaitu AAOIFI. Hal ini dimaksudkan agar standar yang digunakan selaras dengan standar akuntansi keuangan syariah internasional.

Badan yang menerbitkan standar akuntansi islam pada saat ini adalah the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-IFI) yang didirikan sejak 1991 di Bahrain. Sampai dengan saat ini telah diterbitkan 56 standar akuntansi Islam dalam bidang akuntansi, auditing, governance dan etika, seperti tertera pada tabel 2. Anggota Technical Board AAOIFI berjumlah 20 orang, dengan 115 anggota yang mewakili 27 negara. Saat ini juga sedang disusun program Certified Islamic Public Accountant (CIPA) yang akan segera disebarluaskan ke beberapa negara (Alchaar, 2006).

Standar Akuntansi yang Telah Diterbitkan AAOIFI
Accounting
Financial Accounting Statements
• Objective of Financial Accounting of Islamic Banks and Financial Institutions
• Concepts of Financial Accounting for Islamic Banks and Financial Institutions
Financial Accounting Standards
• General Presentation and Disclosure in the Financial Statements of Islamic Banks and Financial Institutions
• Murabaha and Murabaha to the Purchase Orderer
• Mudaraba Financing
• Musharaka Financing



• Disclosure of Bases for Profit Allocation between Owners' Equity and Investment Account Holders and Their Equivalent
• Salam and Parallel Salam
• Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
• Istisna'a and Parallel Istisna'a
• Zakah
• Provisions and Reserves
• General Presentation and Disclosure in Financial Statements of Islamic Insurance Companies
• Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus or Deficit in Islamic Insurance Companies
• Investment Funds

• Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
• Foreign Currency Transactions and Foreign Operations
• Investments
• Islamic Financial Services offered by Conventional Financial Institutions
• Contributions in Islamic Insurance Companies (New)
• Deferred Payment Sale
• Disclosure on Transfer of Assets (New)
• Segment Reporting (New)

Auditing
• Objective and Principles of Auditing
• The Auditor's Report
• Terms of Audit Engagement
• Testing by an External Auditor for Compliance with Shari'a Rules and Principles by an External Auditor
• The Auditor's Responsibility to Consider Fraud and Error in an Audit to Financial Statements (New)
Governance
• Shari'a Supervisory Board: Appointment, Composition and Report
• Shari'a Review
• Internal Shari'a Review
• Audit and Governance Committee for Islamic Financial Institutions
Ethics
• Code of Ethics for Accounting and Auditors of Islamic Financial Institutions
• Code of Ethics for the Employees of Islamic Financial Institutions
Sumber: AAOIFI. 2006.

Paradigma Akuntansi Syariah



Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatata transaksi dan pelaporan keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah. Akuntansi syariah (shari’a accounting) menurut Karim (1990) merupakan bidang baru dalam studi akuntansi yang dikembangkan berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh karenanya dikenal juga sebagai akuntansi Islam (Islamic Accounting).
Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dan berarti, terutama mengenai kerangka teori yang mendasari dituntur mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karim(1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.
Demikian halnya dengan kontruksi akuntansi konvensional menjadi akuntansi Islam (syariah) yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan dalam kehidupan sosial-ekonomi (Hammed:1997). Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi. Akuntansi syariah merupakan sub-sistem dari system ekonomi dan keuangan Islam, digunakan sebagai instrument pendukung penerapan nilai-nilai Islami dalam ranah akuntansi, fungsi utamanya adalah sebagai alat manajemen menyediakan informasi kepada pihak internal dan eksternal organisasi (Hasyshi: 1986; Baydoun dan Willet, 2000 serta Harahap, 2001).

Kerangka konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri, 1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan nilai-nilai tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Dalam konteks epistimologi sebagai metode memperoleh pengetahuan ilmu, epistimologi Islam diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami. Epistimologi Islam adalah metode memperoleh pengetahuan ilmu yang Islami melalui proses penalaran yang sistematis, logis dan sangat mendalam menggunakan “ijtihad” yang dibangun atas kesadaran sebagai khalifatullah fii-ardl (lihat Syafi’i, 2000 dan Triyuwono, 2000).
Akuntansi syariah dapat dikategorikan sebagai pengetahuan ilmu dalam bidang akuntansi yang memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami, yang digali menggunakan epistimologi Islam. Kerangka konseptual akuntansi syariah dikembangkan menggunakan prinsip dasar paradigma syariah (the fundamental of the syaria’ah paradigm) sebagaimana dikemukakan oleh Haniffa (2001:11) dan disajikan dalam gambar 1 Prinsip Dasar Paradigma Syariah.

Prinsip dasar paradigma syariah merupakan multi paradigma yang holistic, mencakup keseluruhan dimensi wilayah mikro dan makro dalam kehidupan manusia yang saling terkait. Pertama, dimensi mikro prinsip dasar paradigma syariah adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad. Landasan tauhid diperlukan untuk mencapai tujuan syariah yaitu menciptakan keadilan sosial (al a’dl dan al ihsan) serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Pencapaian tujuan syariah tersebut dilakukan menggunakan etika dan motal iman (faith), taqwa (piety), kebaikan (righteoneus/birr), ibadah (worship), tanggungjawab (responsibility/fardh), usaha (free will/ikhtiyar), hubungan dengan Allah dan manusia (Habluminallah dan Habluminannas), serta barokah (blessing).

Kedua, dimensi makro prinsip syariah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Dalam dimensi politik, menjunjung tinggi musyawarah dan kerjasama. Sedangkan dalam dimensi ekonomi, melakukan usaha halal, mematuhi larangan bunga, dan memenuhi kewajiban zakat. Selanjutnya dalam dimensi sosial yaitu mengutamakan kepentingan umum dan amanah.
Tauhid (Keimanan kepada Allah SWT)
Lebih lanjut Haniffa (2001:18) mengemukakan bahwa berdasarkan prinsip dasar paradigma syariah (the fundamental of the shari’ah paradigm) tersebut pada gambar 1 di atas kemudian dikembangkan kerangka konseptual akuntansi syariah (a conceptual framework for Islamic accounting)
Dalam kerangka konseptual akuntansi syariah tersebut di atas, dinyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya akuntansi syariah adalah mencapai keadilan sosial-ekonomi; dan sebagai sarana ibadah memenuhi kewajiban kepada Allah SWT, lingkungan dan individu melalui keterlibatan institusi dalam kegiatan ekonomi. Produk akhir teknik akuntansi syariah adalah informasi akuntansi yang akurat untuk menghitung zakat dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dengan berlandaskan moral, iman dan taqwa.
Dengan demikian dalam hal akuntansi syariah sebagai alat pertanggungjawaban, diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full disclousure. Laporan keuangan akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Jenis laporan keuangan akuntansi syariah yang memenuhi criteria ini menurut Harahap (2000) meliputi”

Motivasi para pakar dan akademisi akuntansi terutama dari kalangan orang-orang Muslim guna mengkaji dan mengembangkan akuntansi syariah semakin meningkat. Setelah mengetahui beberapa peneliti (Gray, 1988; Perera, 1989; Hamid et al., 1993; Baydoun dan Willet, 1994) yang menguji hubungan antara budaya, religi dan akuntansi, menyatakan bahwa budaya secara umum dan Islam secara khusus mempengaruhi bentuk-bentuk akuntansinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Gaffikin dan Triyuwono (1996) akuntansi adalah refleksi dari sebuah realitas yang idealnya dibangun dan dipraktikan berdasarkan nilai-nilai dan etika. Nilai-nilai dan etika orang Muslim adalah syariah, maka alternatif terbaik pengembangan akuntansi syariah adalah menggunakan pemikiran yang sesuai dengan syariah. Untuk memahami pengertian akuntansi syariah, dapat mengacu pada definisi akuntansi syariah yang dikemukakan oleh Hameed (2003) yaitu:
Berangkat dari definisi-definisi akuntansi tersebut di atas, akuntansi syariah dalam arti sempit dapat didefinisikan sebagai berikut: “Akuntansi syariah adalah suatu proses, metode, dan teknik pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi, dan kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk satuan uang, guna mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi suatu entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan sebagai bahan mengambil keputusan-keputusan ekonomi dan memilih alternative-alternatif tindakan bagi para pemakainya”. Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dituntut mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kam (1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.

Laporan akuntansi



Akuntansi disebut sebagai bahasa bisnis karena merupakan suatu alat untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Semakin baik kita mengerti bahasa tersebut, maka semakin baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita didalam mengelola keuangan. [2] Untuk menyampaikan informasi-informasi tersebut, maka digunakanlah laporan akuntansi atau yang dikenal sebagai laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya terdiri atas empat jenis laporan, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.[3]
• Neraca, adalah daftar yang sistematis dari aktiva, utang dan modal pada tanggal tertentu, yang biasanya dibuat pada akhir tahun. Disebut sebagai daftar yang sistematis, karena neraca disusun berdasarkan urutan tertentu. Dalam neraca dapat diketahui berapa jumlah kekayaan perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban serta kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman dari pihak luar. Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang perusahaan kepada kreditur dan jumlah investasi pemilik yang ada didalam perusahaan tersebut.
• Laporan laba rugi, adalah ikhtisar mengenai pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk periode tertentu, sehingga dapat diketahu laba yang diperoleh dan rugi yang dialami.
• Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan modal dapat diketahui sebab-sebab perubahan modal selama periode tertentu.
• Laporan arus kas, dengan adanya laporan ini pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan perusahaan didalam menghasilkan kas dimasa mendatang.
Jenis-jenis akuntansi
1. Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barangjasa. Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakai.
2. Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi (Aktiva = Kewajiban + Modal). Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham. Hal penting dari akuntansiStandar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturan-aturan yang harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasiIndonesia pada 1994, menggantikan Prinsip-prinsi Akuntansi Indonesia tahun 1984.
Auditing
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
1. Atestasi merupakan salah satu jenis jasa yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik. Jasa atestasi diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan sebagai pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi) suatu satuan usaha telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2. Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan atau organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.
3. Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang berfokus pada pengawasan pelaksanaan dan operasi perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi.
4. Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap prosedur operasi standar dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).
5. Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
6.
7. Audit Investigatif adalah: 1. "Serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)." 2. "a search for the truth, in the interest of justice and in accordance with specification of law" (di negara common law)
Jadi, audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut:
• Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti
• Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang jelas, seumpamanya Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya.
• Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah kesatuan, baik berupa Perusahaan, Divisi, atau yang lain.
• Dilakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang kompeten dan independen yang disebut sebagai Auditor.
• Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. Artinya, dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang.
• Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.

SIKLUS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN “Verifikasi Akun Terpilih”



A. PENDAHULUAN
Persediaan biasanya merupakan aktiva lancar terbesar dari suatu perusahaan, dan diperlukan pengukuran yang tepat untuk menjamin laporan keuangan yang akurat. Jika persediaan tidak dihitung secara tepat, pengeluaran dan penerimaan tidak dapat dicocokkan secara benar. Jika persediaan akhir tidak benar, maka hasilnya adalah saldo-saldo di neraca berikut ini tidak akan benar : persediaan barang dagangan, total aktiva, dan ekuitas pemilik modal. Ketika persediaan akhir tidak benar, harga pokok penjualan barang dagangan dan laba bersih juga tidak akan benar di dalam laporan laba rugi.
Pengujian Substantif terhadap persediaan ditujukan untuk memperolah keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan persediaan, membuktikan asersi kebenaran saldo persediaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan dalam tahun yang diaudit, membuktikan asersi kelengkapan semua unsur persediaan dan semua transaksi yang berkaitan dengan persediaan, membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan dalam laporan keuangan, membuktikan asersi kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penilaian sediaan di neraca, dan membuktikan kesesuaian penyajian sediaan di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum .

b. Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Persediaan di Neraca
Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa persediaan dinilai dengan “Lower of Cost or Market “ dan harus menyebutkan metode yang digunakan dalam menentukan kos persediaan.
Jika persediaan dinyatakan pada kosnya, nilai pasar pada tanggal neraca harus dicantumkan dalam tanda kurung, dan jika persediaan diturunkan nilainya pada harga pasarnya, kosnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. Kos pengganti kini (current replacement cost) harus dicantumkan dalam laporan keuangan untuk persediaan yang kosnya ditentukan berdasarkan metode LIFO.
Akibat perubahan metode penilaian sediaan terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit harus dijelaskan dalam laporan keuangan dan auditor harus menyatakan pengecualian mengenai konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam laporan audit.
Penjelasan yang lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan jika persediaan digadaikan sebagai jaminan utang yang ditarik oleh klien.
Jika jumlahnya material, persediaan dalam perusahaan manufaktur harus dikelompokkan menurut kelompok utama berikut ini : produk jadi, produk dalam proses, dan bahan baku. Penyajian persediaan tersebut dalam neraca berdasarkan urutan likuiditasnya.
Perjanjian pembelian harus dijelaskan dalam laporan keuangan, jika jumlahnya material atau bersifat luar biasa.
Cadangan untuk menghadapi kemungkinan turunnya harga persediaan setelah tanggal neraca harus dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba yang ditahan. Cadangan ini tidak boleh dikurangkan dari persediaan, namun harus disajikan sebagai pengurang akun Laba Ditahan.
Persediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor, paling rumit dan memakan waktu yang lama karena :
Persediaan pada umumnya merupakan pos utama dalam neraca dan sering merupakan pos terbesar di antara perkiraan yang termasuk dalam modal kerja.
Persediaan tersebar pada lokasi yang berbeda-beda, yang mempersuka pengawasan fisik dan penghitungannya.
Diversitas pos-pos dalam persediaan menimbulkan kesukaran-kesukaran untuk auditor. Pos-pos seperti permata, bahan kimia dan suku cadang elektronik membawa masalah-masalah observasi dan penilaian.
Penilaian persediaan juga sukar karena faktor-faktor seperti obselensi dan perlunya pengalokasian biaya manufaktur kepada persediaan.


Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :
Persediaan secara fisik benar-benar ada
Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan
Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK) yang diterapkan secara konsisten
Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasikan dengan tepat dan dicadangkan dalam jumlah yang memadai
Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat
Persediaan yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan
Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi dan valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun terkait lainnya dalam laporan laba rugi.
Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas akun persediaan di antaranya adalah :
1. Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan sehubungan dengan persediaan.
2. Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan, (b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat, (c) penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, (d) harga perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan dengan tepat.
3. Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan dan pengujian harga.

c. Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan
Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum. Keikutsertaan auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan observasinya akan memberikan kepuasan dalam menilai metode penghitungan fisik yang dilakukan dan ketaatan perusahaan atas penyajian kuantitas serta kondisi fisik persediaan.
Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atas penghitungan fisik persediaan karena adanya pembatasan pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan kualifikasi atau tidak memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan yang diperiksanya.
Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :
1. Penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal neraca atau pada tanggal tertentu yang dihadiri auditor.
2. Penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
3. penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk seksi-seksi lainnya.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai “Sediaan” mengatur mengenai penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh auditor.
Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui penghitungan fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan, melalui pengamatan, pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan kondisi fisik sediaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik persediaan, di antaranya adalah :
1. selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian atas prosedur pemasukan dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama penghitungan berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai kecermatan pisah batas (cut-off) yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses produksi dihentikan sementara selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun penghitungan fisik dilakukan pada saat tidak adanya kegiatan penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
2. auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang bukan menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan lainnya
3. kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan, misalnya barang yang berada di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual, barang konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang harus dilakukan adalah dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun dengan penghitungan fisik.
4. auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum diterima sampai pada saat penghitungan fisik persediaan berlangsung.
Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang ada di gudang.

d. Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan
Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya ditanyakan oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :
Apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam proses, bahan pembantu maupun barang jadi
Apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran, banjir maupun risiko lainnya
Apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
Apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas gudang
Apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan dan bukti pengeluaran barang yang telah disetujui oleh pejabat berwenang
Apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, seperti penjaga pintu, pengecekan ulang antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya
Jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di kartu persediaan dibuat terpisah untuk masing-masing kelompok persediaan
Apakah orang yang melaksanakan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang berfungsi sebagai penjaga gudang
Apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan dengan buku besar
Apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan dicocokkan dengan kartu persediaan
Untuk meminimalkan kesalahan dalam melakukan perhitungan fisik persediaan, sebuah perusahaan harus mengikuti prinsip dan kebijakan pengendalian internal (internal control) untuk mengamankan persediaan yang meliputi :
Perhitungan harus dilakukan oleh pegawai yang tidak bertanggung jawab atas pemeliharaan persediaan.
Masing-masing perhitungan harus dijaga kebenarannya dalam setiap perhitungan persediaan.
Diusahakan ada perhitungan ulang oleh pegawai yang lain.
Penggunaan label persediaan yang sudah diberi nomor sebelumnya (prenumbered). Seluruh label persediaan hendaknya diberi keterangan yang jelas.
Pada akhir perhitungan, supervisor (pengawas) memastikan kembali bahwa semua jenis persediaan diberi label dan tidak ada persediaan yang terhitung dua kali.
Setelah perhitungan fisik persediaan selesai dilakukan, jumlah masing-masing jenis persediaan didaftar pada lembar rangkuman persediaan (inventory summary sheet). Untuk memastikan keakuratan dalam perhitungan, daftar tersebut harus diperiksa oleh pegawai yang lain.

e. Tujuan pengujian Substantif terhadap persediaan
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan persediaan.
Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan sediaan yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo persediaan yang disajikan di neraca.
Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas sediaan yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan sediaan di neraca.
Siklus Persediaan dan pergudangan dapat dianggap terdiri dari dua sistem yang berkaitan erat tapi terpisah, yang pertama berkenaan dengan aliran fisik barang-barang aktual, dan yang kedua berkenaan dengan biaya-biaya yang berkaitan. Dengan bergeraknya persediaan melalui perusahaan, haruslah ada pengawasan yang memadai.
Ada 6 (enam) fungsi siklus persediaan dan pergudangan agar diperoleh pengertian yang baik mengenai pengawasan tersebut :
1. Pemrosesan order-order pembelian
Permintaan-permintaan pembelian dipakai untuk meminta kepada bagian pembelian untuk menempatkan order-order untuk pos-pos persediaan. Permintaan dapat dimulai oleh personalia gudang bila persediaan telah sampai pada suatu tingkat yang telah ditentukan lebih dulu, order-order dapat ditempatkan untuk bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi suatu order langganan tertentu, atau order-order dapat dilaksanakan atas dasar suatu penghitungan persediaan periodik oleh seseorang yang bertanggung-jawab. Tanpa memandang metode yang diakui, pengawasan atas permintaan-permintaan pembelian dan order-order pembelian yang berkaitan dinilai dan ditest sebagai bagian dari siklus pengadaan dan pembayaran.
2. Penerimaan bahan-bahan baku
Penerimaan bahan-bahan baku yang dipesan juga merupakan bagian dari siklus pengadaan dan pembayaran. Bahan yang diterima harus diperiksa mengenai kuantitas dan kualitasnya. Bagian penerimaan membuat suatu laporan penerimaan yang menjadi bagian dari dokumntasi yang diperlukan sebelum dilakukan pembayaran. Setelah dilakukan inspeksi, barang dikirim ke gudang dan dokumen-dokumen penerimaan lazimnya dikirimkan ke bagian pembelian, gudang dan bagian hutang.
Penyimpanan bahan baku
Bila bahan diterima, bahan itu kemudian disimpan dalam gudang sampai diperlukan untuk produksi. Bahan-bahan diserahkan dari gudang ke bagian produksi dengan memperlihatkan permintaan bahan yang disetujui semestinya, order kerja atau dokumen serupa yang menunjukkan jenis dan kuantitas bahan yang diperlukan. Dokumen permintaan ini dipakai untuk pencatatan pada catatan-catatan persediaan perpetual dan untuk melaksanakan pemindah bukuan dari perkiraan bahan baku ke barang dalam proses.
Pemrosesan barang-barang
Bagian pemrosesan siklus persediaan dan pergudangan sangat berbeda-beda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Penentuan pos-pos dan jumlah yang akan diproduksi pada umumnya didasarkan pada order dari pelanggan, ramalah-ramalah penjualan, tingkat persediaan barang-barang selesai yang telah ditentukan lebih dulu, dan putaran-putaran produksi yang ekonomis.
Dalam setiap perusahaan yang terlibat dalam manufaktur, suatu sistem akuntansi biaya merupakan bagian yang penting dari fungsi pemrosesan barang-barang. Suatu sistem baiaya adalah perlu untuk menunjukkan keuntungan relatif dari berbagai produk untuk perencanaan dan pengawan produksi dan untuk menilai persediaan untuk tujuan-tujuan pelaporan keuangan. Catatan-catatan sistem biaya terdiri perkiraan-perkiraan (ledgers), kartu-kartu kerja (worksheet), dan laporan-laporan yang menghimpun bahan, tenaga kerja dan biaya overhead berdasarkan pekerjaan atau proses. Bila pekerjaan atau produk diselesaikan, biaya-biaya yang berkaitan dipindahkna dari pekerjaan dalam proses ke barang-barang selesai atas dasar laporan-laporan bagian produksi.
Penyimpanan barang jadi
Dengan diselesaikannya barang-barang oleh bagian produksi, barang-barang itu ditempatkan dalam gudang menunggu pengiriman. Dalam perusahaan-perusahaan dengan pengendalian intern yang baik, barang jadi disimpan di bawah pengawasan fisik dalam suatu ruangan denga lalu lintas keluar masuk terbatas. Pengawasan atas barang jadi sering dianggap sebagai bagian dari siklus penjualan dan penerimaan kas/bank.
Pengiriman
Pengiriman barang jadi merupakan bagian integral dari siklus penjualan dan penerimaan kas. Setiap pengiriman atau pemindahan barang jadi haruslah diotorisasikan oleh suatu dokumen pengiriman yang telah disetujui sebagaimana mestinya.

Sistem Akuntansi dan Kontrol Internal



Dasar Sistem Akuntansi
Analisis:
Identifikasi kebutuhan pihak yang memerlukan informasi keuangan bisnis
Menentukan bagaiman sistem harus menyediakan informasi tersebut
Disain:
Merancang bagaimana sistem dapat memenuhi kebutuhan pemakai
Harus memperhatikan masalah pengendalian internal dan metoda pengolahan data
Implementasi:
Sistem dipakai untuk mencatat transaksi dan menyiapkan laporan keuangan
Feedback untuk memperbaiki sistem

Internal Kontrol
Adalah suatu proses yang dijalakankan oleh manajemen, dewan komisaris, dan personalia lain dalam suatu entitas untuk mencapai tujuan yang dikategorikan sbb:
Menghasilkan pelaporan keuangan yang andal
Mencapai efesiensi dan efektivitas usaha
Mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku

Elemen-elemen Pengendalian internal
Lingkungan Pengendalian
Penilaian Risiko
Informasi dan Komunikasi
Aktivitas Pengendalian
Monitoring

Control Environment

Seluruh sikap manajemen dan karyawan tentang pentingnya pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhinya:
Nilai-nilai Etika dan Integritas
Komitmen terhadap kompetensi
Dewan Komisaris dan Komite Audit
Philosophy managemen dan gaya operasional
Struktur organisasi
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
Kebijakan dan Praktek SDM

Risk Assessment

Adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan. Misal:
Perubahan keinginan konsumen
Ancaman pesaing
Perubahan peraturan
Perubahan faktor ekonomi
Pelanggaran karyawan
Bila risiko telah didentifikasi, kemudian dianalisis untuk menaksir penting tidaknya, dinilai kemungkinan terjadinya, dan ditentukan tindakan untuk meminimalkannya

Control Activities:

Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan managemen untuk mencapai tujuan pengendalian internal.
Kompetensi personalia, Rotasi Tugas dan Kewajiban Cuti
Pemisahan Tagungjawab untuk Kegiatan terkait
Pemisahan fungsi Pelaksana, Penyimpan Aset, dan Akuntansi
Alat Persetujuan dan Pengamanan

Monitoring

Menentukan tempat kelemahan dan memperbaiki efektivitas pengendalian
Ongoing monitoring
Mengamati perilaku karyawan dan tanda peringatan dari sistem akuntansi
Misal:
Perilaku:
Perubahab nendadak gaya hiudp
Hubungan erat dengan pemasok
Menolak cuti
Sering pinjam uang dari orang lain
Mabok atau memakai narkoba
Sistem Akuntansi:
Dokumen hilang (nomor dokumen tidak urut)
Kenaikan refund untuk pelanggan
Selisih penerimaan kas harian dengan yang disetor ke bank
Pembayaran dari pelanggan mendadak lambat
Penundaan pencatatan transaksi

Informasi dan Komunikasi

Informasi tentang pelaksanaan elemen-elemen pengendalian internal yang lain yang dijadikan pedoman managemen untuk menjamin pencapaian tujuan
Mangemen juga menggunakan informasi eksternal untuk menilai peristiwa dan kondisi yang mempengaruhi keputusan pelaporan eksternal (misal: PSAK)

Sistem Akuntansi Manual- (Subsidiary Ledger)

Subsidiary Ledgers:
Jumlah akun individu yang memiliki karakteristik sama
Ikhtisar dari subsidiary ledger disebut General Ledger
Account Receivable
Customer (Account Receivable) Ledger
Account Payable
Account Payable (creditor) ledger
Jumlah saldo dalam akun-akun di subsidiary ledgers harus sama dengan akun kendaliannya (controlling account)

Special Journal (1)

Agar lebih efesien jurnal dua kolum segala tujuan dapat diperluas menjadi jurnal multi kolom
Setiap kolom digunakan hanya digunakan untuk mencatat transaksi yang mempengaruhi satu akun tertentu saja
Misal kolom untuk mencatat debet akun kas, kolom untuk mencatat kredit akun kas  sehingga setiap mencatat debet kas tidak perlu menulis akun Kas
Sebuah jurnal multi kolom mungkin memadai untuk perusahaan kecil yang memiliki banyak transaksi sejenis. Namun jurnal ini tidak praktis untuk perusahaan besar yang memiliki banyak transaksi yang berbeda
Perlu dikembangkan jurnal multikolom untuk transaksi khusus yang sering terjadi

Format dan jumlah kolom dalam jurnal khusus yang dipakai perusahaan tergantung pada jenis perusahaan
Misal: Perusahaan yang menjual secara kredit kolomnya berbeda dengan perusahaan yang selalu menjual secara tunai

Jenis Jurnal Khusus dan Transaksi yang dicatat

Jurnal Pendapatan >>>>>>>>> Mencatat seluruh penjualan kredit

Jurnal Penerimaan Kas >>>>>>Mencatat seluruh Penerimaan kas

Jurnal Pembelian >>>>>>>Mencatat seluruh pembelian barang secara kredit

Jurnal Pembayaran Kas>>>>>>>Mencatat seluruh pengeluaran kas

Sedangkan jurnal umum dua kolom dapat digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA



Konsep-Konsep Dasar Akuntansi
Dalam pokok bahasan ini Anda dapat memperoleh informasi tentang konsep-konsep dasar akuntansi. Uraian materi ini bertujuan untuk menyegarkan kembali ingatan Anda tentang pengetahuan akuntansi secara mendasar. Dengan memahami materi ini Anda akan memperoleh gambaran umum tentang akuntansi dan arti pentingnya bagi organisasi, baik organisasi usaha/bisnis maupun bukan.
a. Pengertian
Perlu Anda ingat bahwa akuntansi merupakan suatu proses dari tiga aktivitas. Ketiga aktivitas itu adalah: pengidentifikasian (identifying), pencatatan (recording), dan pengkomunikasian (communicating) peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi bisnis dan non bisnis untuk kepentingan pemakai (user) informasi. Peristiwa-peristiwa ekonomi yang dimaksud adalah transaksi keuangan yaitu setiap kejadian di dalam organisasi yang menyebabkan bertambah, berkurang, dan/atau berubahnya susunan kekayaan, kewajiban, dan modal (ekuitas) organisasi yang bersangkutan. Aktivitas pengidentifikasian merupakan upaya untuk menyeleksi dan mengukur peristiwa-peristiwa yang relevan dengan kegiatan ekonomi perusahaan. Menyeleksi berarti memilah dan memilih peristiwa yang relevan dengan kegiatan ekonomi perusahaan, sedangkan mengukur berarti menghitung dan menentukan nilainya dalam satuan uang, misalnya rupiah. Aktivitas pencatatan merupakan upaya untuk merekam peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut dalam sebuah catatan permanen dari aktivitas ekonomi organisasi sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam pencatatan, aktivitas ekonomi juga diklasifikasikan dan diringkas. Aktivitas pengkomunikasian merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi melalui penyiapan dan pendistribusian laporan akuntansi, yang biasanya disebut dengan Laporan Keuangan (financial statement). Untuk membuat laporan tentang informasi keuangan yang bermanfaat, akuntan harus menggambarkan dan melaporkan data yang tercatat dalam cara yang terstandar.
b. Pemakai Data Akuntansi
Coba Anda ingat-ingat dan sebutkan, siapa saja yang memerlukan informasi keuangan dari suatu perusahaan? Kalau kita rinci satu persatu tentunya banyak pihak yang memerlukan informasi tersebut bukan? Namun, jika kita pilah dalam garis besar, kita dapat mengelompokkannya dalam dua kelompok saja, yaitu pihak internal dan pihak eksternal.
1) Pihak Internal yaitu orang dalam perusahaan. Mereka adalah pemakai informasi dari dalam perusahaan itu sendiri. Pihak internal yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan meliputi manajer perusahaan yang merencanakan, mengorganisasi, menjalankan bisnis, dan mengawasinya. Di dalamnya termasuk manajer pemasaran, pengawas produksi, direktur keuangan, dan sebagainya. Mereka berkepentingan terhadap informasi tersebut sebagai bahan evaluasi diri dan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Selain itu juga karyawan perusahaan, dengan tujuan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menjamin kontinuitas kerja dan peningkatan kesejahteraannya.
2) Pihak Eksternal, yaitu pihak-pihak di luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Mereka adalah pemakai informasi dari luar perusahaan yang meliputi: (a) investor (pemilik) yang menggunakan informasi akuntansi dalam membuat keputusan untuk membeli, tetap mempertahankan pemilikan, atau menjual saham; (b) kreditor, seperti supplier, dan banker menggunakan informasi akuntansi untuk mengevaluasi risiko kredit atau peminjaman uang; (c) otoritas pajak yang ingin mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak; (d) pelanggan yang ingin mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kontinuitas usahanya dan kemampuannya dalam memberikan jaminan mutu produk dan sebagainya; (e) organisasi pekerja yang ingin mengetahui kemampuan pemilik dalam menjamin pembayaran gaji, kenaikkan gaji, memberi bonus kepada karyawan dan menjamin peningkatan kesejahteraan karyawan.
c. Profesi Akuntansi
Apakah Anda masih ingat jenis-jenis profesi akuntansi? Uraian berikut ini akan membantu Anda untuk mengingatnya kembali. Secara garis besar, profesi akuntansi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu (a) Public Accounting, (b) Private Accounting, dan (c) Not-for-Profit Accounting.
a. Public Accounting yang memberikan layanan jasa kepada publik dalam bidang pemeriksaan (auditing), pajak (taxation), dan konsultasi manajemen (management consulting).
b. Private Accounting mempunyai peran sebagai pegawai perusahaan yang akan menangani aktivitas-aktivitas penentuan biaya (cost accounting), penganggaran (budgeting), akuntansi (general accounting), sistem informasi akuntansi (accounting information system), akuntansi pajak (tax accounting) dan audit internal (internal auditing).
c. Not-for-Profit Accounting yang memberikan layanan jasa mencatat dan melaporkan peristiwa-peristiwa ekonomi instansi pemerintah dan organisasi yang tidak profit motive (organisasi bukan pencari laba), seperti akuntan pemerintah dan akuntan pendidik.
d. Generally Accepted Accounting Principles
Pelaksanaan akuntansi di suatu perusahaan seharusnya mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum (generally accepted accounting principles yang disingkat GAAP). GAAP tersebut dikembangkan dari ugeran (rule) dan perjanjian (convention). Profesi akuntansi telah berusaha mengembangkan sebuah standar akuntansi yang secara umum diterima dan secara universal dipraktikkan. Usaha ini telah menghasilkan sebuah standar umum yang disebut Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Isi GAAP berupa petunjuk tentang tata cara melaporkan peristiwa-peristiwa ekonomi di suatu instansi/organisasi. Di Indonesia, standar akuntansi telah dihasilkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang pada awalnya disebut Prinsip Akuntansi Indonesia disingkat PAI, dan sejak tahun 1998 disebut dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). IAI selalu menyesuaikan dan merevisi SAK sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
e. Asumsi-Asumsi dalam Akuntansi
Dalam menyelenggarakan akuntansi, kita harus berpegang pada asumsi-asumsi dasar. Pengembangan prinsip akuntansi yang berterima umum (GAAP) juga telah didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tersebut. Asumsi-asumsi ini memberikan dasar bagi proses penyelenggaraan akuntansi. Beberapa asumsi yang penting bagi pelaksanaan akuntansi seperti diuraikan berikut ini.
1) Monetary unit assumtion, asumsi ini mensyaratkan bahwa hanya data keuangan yang dapat dimasukkan dalam catatan akuntansi dari entitas ekonomi. Oleh karena itu, satuan uang digunakan sebagai penunjuk atau pengukur nilai peristiwa ekonomi di suatu entitas ekonomi tersebut. Selain itu asumsi ini ditambah dengan asumsi lain, yakni bahwa satuan unit moneter yang dimaksud adalah konstan (nilai historis).
2) Economic Entity Assumption, menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa ekonomi dapat diidentifikasi dengan fakta-fakta yang akuntabel. Asumsi ini mensyaratkan bahwa aktivitas dari entitas ekonomi harus dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas yang dilakukan oleh pemiliknya.
3) Going concern, asumsi ini menyatakan bahwa kegiatan entitas ekonomi akan berlanjut terus sepanjang masa. Namun aktivitas usahanya diatur secara periodik. Hal ini berarti bahwa aktivitas entitas ekonomi di batasi per periode tertentu misalnya setahunan, sehingga dapat dievaluasi perkembangannya dari periode ke periode.
f. Bentuk-Bentuk Bisnis ditinjau dari kepemilikannya
Marilah kita mengingat kembali tentang berbagai bentuk organisasi kegiatan bisnis ditinjau dari segi kepemilikannya. Secara umum kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga kelompok, yaitu bentuk perseorangan, persekutuan, dan perseroan.
a) Perseorangan (proprietorship) yaitu bentuk bisnis yang dimiliki oleh satu orang saja yang bertanggung jawab penuh dan tidak terbatas terhadap risiko perusahaan. Bentuk bisnis ini paling sederhana dan proses pengambilan keputusan sangat cepat karena hanya ditentukan oleh satu orang. Maju tidaknya usaha dari perusahaan jenis ini sangat ditentukan oleh satu orang, yaitu pemiliknya. Oleh karena itu, kontinuitas usahanya tidak terjamin, karena sangat tergantung pada seorang. Ciri akuntansi untuk bentuk bisnis seperti ini ditunjukkan oleh pengalokasian laba perusahaan ke akun modal pemilik. Di dalam neraca tampak hanya ada satu akun modal.
b) Persekutuan (partnership) yaitu bentuk bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang bergabung sebagai partner. Dalam persekutuan ini ada yang para sekutunya memiliki hak dan kewajiban sama dalam mengelola dan mengembangkan usaha (semua sekutu aktif), tetapi ada juga yang sebagian sekutunya hanya menyetor modal tanpa ikut mengelola usaha (sebagian sekutunya pasif). Bentuk pertama lasim disebut firma, sedangkan bentuk kedua lasim disebut persekutuan komanditer/CV. Para sekutu aktif bertanggung jawab penuh dan tidak terbatas terhadap risiko perusahaan, sedangkan sekutu pasif bertanggungjawab sebatas modal yang disertakan. Bentuk bisnis ini lebih kompleks dan proses pengambilan keputusan relatif lambat karena harus memperoleh kesepakatan dari banyak orang (para sekutu aktif). Maju tidaknya usaha dari perusahaan jenis ini ditentukan oleh banyak orang, yaitu para sekutunya. Mengingat pemiliknya tidak hanya satu orang, maka kontinuitas usahanya lebih terjamin. Konsekuensi akuntansinya adalah bahwa laba/rugi perusahaan akan dialokasikan ke akun-akun modal para pemilik sesuai dengan kesepakatan mereka. Dengan demikian, di dalam neraca akan tampak beberapa akun modal.
c) Corporation (perseroan) adalah suatu organisasi bisnis yang lebih bersifat legal secara hukum (berbadan hukum) yang dimiliki oleh banyak orang. Bukti kepemilikan seseorang terhadap perusahaan ditunjukkan oleh saham yang dimiliki. Tanggung jawab para pemilik/pemegang saham terhadap risiko perusahaan terbatas pada modal yang disertakan pada perusahaan atau sebesar nilai saham yang dimiliki. Bentuk bisnis seperti ini sangat kompleks dan proses pengambilan keputusan relatif lambat karena harus memperoleh kesepakatan dari banyak orang (para pemegang saham) di dalam rapat umum pemegang saham. Namun, keputusan yang diambil melalui rapat umum pemegang saham pada umumnya yang bersifat strategi dan berupa kebijakan umum, sedangkan keputusan yang bersifat operasional didelegasikan kepada direktur/manajer sebagai pemegang kendali kegiatan operasional perusahaan. Biasanya, pengelolaannya sangat professional, karena ditangani oleh direktur/manajer yang professional. Bisnis jenis ini sangat mudah mengembangkan modal, karena dapat menghimpunnya dari masyarakat luas melalui penjualan saham. Kontinuitas usahanya lebih terjamin, karena tidak hanya bergantung kepada satu atau beberapa orang saja, melainkan ditentukan oleh para pemegang saham dan pengelolaannya pun secara profesional. Pengendalian dan pengawasan terhadap kepeminpinan direktur ditangani oleh dewan komisaris sebagai wakil para pemegang saham. Konsekuensi akuntansinya adalah adanya pembagian laba/rugi kepada para pemiliknya. Disamping itu, di neraca disajikan beberapa akun modal (ekuitas pemilik)
d) Selain ketiga bentuk organisasi bisnis tersebut ada bentuk lain yang juga bersifat legal secara hukum (berbadan hukum). Namun, bukti kepemilikannya bukan ditunjukkan oleh pemilikan saham, tetapi berupa pemilikan simpanan-simpanan, baik berupa simpanan pokok maupun simpanan wajib. Bentuk oganisasi bisnis ini disebut koperasi. Tanggung jawab para pemilik/anggota terhadap risiko perusahaan terbatas pada modal yang disertakan atau sebesar simpanan mereka. Proses pengambilan keputusan relatif lambat karena harus memperoleh kesepakatan dari banyak orang (para anggota) di dalam rapat angota. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam koperasi. Rapat anggota memutuskan kebijakan-kebijakan yang bersifat umum, sedangkan keputusan yang bersifat operasional didelegasikan kepada pengurus sebagai pemegang pimpinan, baik di bidang organisasi maupun usaha. Pengurus atas kesepakatan rapat anggota bisa mengangkat manajer dan karyawan yang diserahi tugas mengelola bidang usaha. Namun, biasanya pengelolaan koperasi kurang professional akibat keterbatasan kemampuan koperasi, sehingga belum mampu mengangkat manajer professional. Bentuk usaha koperasi relatif tahan terhadap apresiasi dollar. Pengendalian atas kepeminpinan pengurus ditangani oleh pengawas yang dipilih dan diangkat anggota di dalam rapat anggota. Konsekuensi akuntansinya adalah adanya pembagian sisa hasil usaha (SHU) kepada para pemiliknya (anggota) yang didasarkan pada jasa masing-masing anggota. Bentuk organisasi bisnis ini memiliki cukup banyak akun modal, seperti simpanan-simpanan, terutama simpanan pokok dan simpanan wajib, SHU yang ditahan/belum dibagi, modal donasi dan sebagainya.

g. Bentuk Bisnis ditinjau dari jenis usahanya
Selain membedakan organisasi bisnis dari sisi kepemilikannya, kita juga dapat membedakannya atas dasar bidang usaha yang dikelola. Secara umum kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga kelompok organisasi bisnis, yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan industri dan pengolahan.
a) Perusahaan jasa adalah organisasi bisnis yang aktivitasnya memberikan layanan jasa kepada para pelanggannya. Mereka memberi layanan jasa kepada masyarakat dan sebagai imbalanannya perusahaan memperoleh penghasilan. Penghasilan tersebut bersumber dari hasil penjualan jasa. Untuk memberikan layanan itu diperlukan biaya baik berupa perlengkapan yang diperlukan untuk memberikan layanan jasa itu maupun dalam bentuk lain. Akuntansi jenis perusahaan ini relatif sederhana, karena tidak banyak jenis transaksi yang terjadi di perusahaan.
b) Perusahaan dagang adalah suatu organisasi bisnis yang aktivitas utamanya adalah membeli barang dagangan dan menjualnya kembali kepada pelanggan tanpa ada upaya untuk mengolah atau mengubah wujud barang dagangan itu. Sebelum dijual pada umumnya barang itu dipilih dan dipilah atau disortir terlebih dulu untuk menentukan kualitas dan harganya. Dibandingkan dengan perusahaan jasa, perusahaan dagang lebih rumit, karena jenis transaksi ekonominya relatif lebih banyak dan kompleks. Oleh karena itu, akuntansi jenis perusahaan ini relatif lebih rumit dibandingkan dengan akuntansi perusahaan jasa.
c) Perusahaan Industri, biasanya dilengkapi dengan pengolahan, sehingga sebutannya menjadi perusahaan industri dan pengolahan. Aktivitas perusahaan ini adalah membeli bahan baku untuk diolah menjadi produk baru (barang setengah jadi atau barang jadi). Barang yang telah diolah selanjutnya dipilih, dipilah, dikemas, dilabeli,baru dijual. Jenis bahan yang dibeli oleh perusahaan ini berupa bahan mentah atau bahan baku yang tidak dijual secara langsung kepada pelanggannya, melainkan diproses terlebih dulu untuk diolah sehingga menjadi barang setengah jadi atau bahan jadi. Setelah itu baru dijual kepada para pelanggannya. Hal ini akan berdampak pada penyelenggaraan akuntansinya.

TUGAS
Carilah contoh 5 (lima) buah usaha (perusahaan) jasa yang ada di lingkungan Anda, kemudian catatlah hal-hal berikut:
1. nama masing-masing perusahaan
2. alamat masing-masing
3. jenis usaha masing-masing
4. jenis transaksi yang dilakukan
5. pilih dari contoh Anda tersebut satu perusahaan yang paling besar dan catatlah
transaksi ekonominya selama satu bulan lengkapi dengan nilai transaksi tersebut,
jika ada, mintalah informasi tentang laporan keuangannya atau setidak-tidaknya neraca (daftar harta, hutang, dan modalnya)

CATATAN ATAU PEMBUKUAN



Ada dua catat-catatan utama dalam yang selalu ada dalam setiap sistem akuntansi manual, yaitu ledger dan jurnal. Ledger terdiri dari ledger umum dan ledger pembantu. Karena ledger pembantu sering dibuat dalam bentuk lembaran terpisah maka ledger pembantu ini sering pula disebut dengan kartu pembatu. Ledger merupakan kumpulan dari perkiraan-perkiraan (account), sehingga ledger umum merupakan kumpulan perkiraan-perkiraan umum dan ledger pembantu merupakan kumpulan dari perkiraan-perkiraan pembantu.

Pada sistem akuntansi berbasis komputer catatan atau pembukuan terdiri dari file-file komputer, yang biasa dipisah menjadi modul-modul. Modul general ledger sebagai catan akuntans pokok dan ditambah dengan modul lain sebagai pengganti buku pembantu pada simtem akuntansi manaual. Seperti modul piutang, modul utang dan sebagainya.

File-file catatan akuntansi ini dapat dikelompokkan menajdi master file dan transaktion file ditambah file pendukung yang sering disebutsebagai reference file. Master file merupakan kumpulan dari perkiraan atau accounts, setiap accounts akan menjadi sebuah record dalam master file account yang bersngkutan.

Antara modul general ledger dan mudul pendukung dapat terintegrasi maupunt terpisah. Jika terintegrasi modul pendukung dibuat untuk masing-masing jenis transakasi seperti modul penerimaan kas, modul pengeluaran kas, modul penjualan kredit, modul pembbelian kredit dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, dan transaksi akan diproses melalui modul pendukung yang secara otomatis mengupdate modul general ledger.

Chart of Accounts dan Nomor Kode

Perkiraan atau account dalam sistem yang berbasis komputer saat ini dapat di definisikan sebagai kesatuan terkecil dari objek akuntansi yang perlu dilaporkan dan dicatat dalam catatan akuntansi.

Cahart of Accounts adalah daftar semua perkiraan yang digunakan yang disertai dengan nomor kode. Ketersediaan chart of accounts yang lengkap dan baik akan sangat membantu dalam pencatatan dan penyusunan laporan. Chart of accounts semakin penting pada sistem akuntansi berbasis komputer karena pencatatan pada sistem komputer didasarkan pada nomor kode.

Kode dapat dalam bentuk angka, huruf maupun gabungan antara angka dan huruf. Penggunaan kode yang tepat dalam akuntansi akan sangat bermamfaat, terutama pada waktu melakukan pencatatan, posting maupun pada waktu menyiapkan laporan. Nomor kode harus permanen, perubahan nomor kode suatu perkiraan akan sangat menyulitkan karena harus mungubah semua data yang telah ada.

Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk membuat nomor kode perkiraan diantaranya adalah kode urut, kode blok dan kode kelompok, berikut ini akan dibahas masing-masing cara pembuatan tersebut.

a. Kode urut
Kode urut adalah cara yang sangat sederhana dalam pembuatan kode perkiraan. Dengan metode ini semua perkiraan diurut sesuai dengan tampilannya dalam laporan keuangan; neraca dan laporan rugi laba, kemudian semua perkiraan diberi kode sesuai dengan urut tampilnya dalam laporan keuangan tersebut. Jadi dengan metode ini kas akan diberi nomor urut satu disusul dengan perkiraan dibawah kas misalnya surat berharga dengan kode 2, demikian seterusnya.

b. Kode Blok
Untuk membuat kode blok perkiraan harus kita kelompokan terlebih dahulu, kemudian masing-masing kelompok diberi rang atau blok kode tertentu.

Neraca (1-200)
Aktiva (1-100)
Aktiva lancar (1-50)
Kas 1
Surat Berharga 4
Wesel Tagih 6
Piutang Usaha 7
Penyisihan Piutang Taktertagih 8
Investasi (51-50)
Investasi Saham (51-55)
Investasi Saham A 51
Aktiva Tetap (56-70)
Tanah 56
Aktiva Tidak Berujud (71-80)
Aktiva Lain-lain (81-100)
Hutang dan Modal (101-200)
Hutang (101-150)
Hutang Lancar (101-150)
Hutang Jangka Panjang (150-175)
Hutang lain-lain (180-190)
Modal (190-200)
Laba Rugi (201-400)

c. Kode Kelompok
Perancangan kode kelompok seperti halnya kode blok dimulai dengan pengelompokan perkiraan sesuai dengan kebutuhan pelaporan. Kemudian setiap kelompok diberi kode tertentu sehingga setiap perkiraan memiliki kode dengan jumlah digit yang sama dan setiap digit memiliki arti yang menunjukan kelompok perkiraan tersebut.

Jumlah digit kode perkiraan yang diperlukan tergantung kepad jenjang pengelompokan perkiraan dan jumlah perkiraan dalam kelompok. Jika jenjang perkiraan ada empat tingkat maka jumlah digit kode sekurang-kurangnya 4 digit dan jika satu jenjang ada yang memerlukan lebih dari satu digit katakan jenjang terakhir ada kemungkinan lebih 9 perkiraan maka diperlukan dua digit, maka jumlah digit kode perkiraan menjadi lima digit.



1 Neraca Rumpun perkiraan
11 Aktiva Kelompok perkiraan
111 Aktiva lancar Sub kelompok perkiraan

11111 Kas
11112 Surat Berharga Nama perkiraan
11114 Wesel Tagih
11115 Piutang Usaha
11116 Penyisihan Piutang Taktertagih

112 Investasi

113 Aktiva Tetap

Database

Catatan akuntansi pada sistemm berbasis komputer menggunakan tabel database. Berikut ini contoh sederhana dari database untuk general ledger Entity relationship berikut menggambarkan entity yang relevan dengan sistem genral ledger.


Dari E-R diatas tabel-tabel database yang diperlukan beserta fielnya adalah

Tabel Dokumen
Nama field Tipe Keterangan
Nomor Dokumen Auto number
Tanggal date
Keterangan Text


Tabel Jurnal
Nama field Tipe Keterangan
Nomor Dokumen Auto number
Nomor Perkiraan Text
DK Text Debet atau Kredit
Jumlah Number

Tabel Perkiraan
Nama field Tipe Keterangan
Nomor Perkiraan Text
Nama Perkiraan Date

Untuk memudahkan menyiapkan daftar saldo diperlukan satu tabel lagi yaitu untuk menjadikan D=positif dan K= negatif, saldo setiap perkiraan dengan mudah dapat diperoleh dengan menjumlahkan semua angka masing-masing account. Tabel tersebut kita beri nama tabel DK sebagai berikut. Tabel ini tergoleong reference file.

Tabel D/K (Reference file)
Nama field Tipe Keterangan
DK Text
Nilai Numerik D=1 K=-1

Tabel ini hanya berisi dua record yaitu D dengan nilai 1 dan record ke 2 K dengan nilai -1 (minus satu)


DOKUMEN SUMBER (SOURCE DOCUMENT)

Pada sistem akuntansi manual setiap transaksi harus dibuatkan dukumennya sebelum dilakukan pencatatan.Dokumen berfungsi untuk mengumpulkan data sebelum diinput kesistem. Fungsi utama dokumen adalah sebagai bukti transakasi yang harus dapat ditelusuri dari laporan ke catatan dan akhirnya ke dokumen.

Dokumen sumber yang baik memili nomor urut tercetak, mudah diisi dan sederhana tetapi berisikan semua data yang diperlukan. Jika mungkin dibuat memiliki nomor urut tercetak sehingga dapat diketahui dengan mudah jika ada yang hilang atau disalah gunakan.
Secara umum dokumen suber terdiri dari tujuh bagian seperti pada gambar berikut

Sistem Informasi Akuntansi



Sebagai sebuah sistem, akuntansi adalah sistem pengolahan tertua dan paling penting sebuah organisi. Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari berbagai unsur-unsur utama. Keberadaan semua unsur utama dalam sebuah sistem adalah sangat penting. Kelemahan salah satu unsur saja mengakibatkan sistem tersebut menjadi cacat atau tidak akan berfungsi dengan baik. Komponen pokok sistem akuntansi tersebut antara lain adalah ; Laporan, Catatan atau pembukuan, Dokomen Input, Prosedur dan Kontrol.

LAPORAN

Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya laporan merupakan output sebuah sistem akuntansi. Sistem akuntasi yang baik harus mampu menghasilkan laporan yang berisisikan informasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik manajemen maupun pihak luar perusahaan.

Setiap laporan lazimnya terdiri dari unsur-unsur ; kepala laporan, isi laporan, dan kadang-kadang dilengkapi dengan pengesahan laporan. Kepala laporan dimulai dengan nama perusahaan atau entitas yang menyiapkan laporan, tanggal atau periode laporan. Isi laporan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah.

Pada bab ini pemabahasan laporan akan dikelompokkan menjadi dua yaitu pertama laporan keuangan untuk umum dan kedua laporan untuk manajemen.

a. Laporan keuangan untuk umum

Laporan keuangan untuk umum pembuatannya gharus disesuaikan dengan Prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Prinsip-prinsip akuntansi yang lazim ini di Indonesia telah kodifikasikan oleh Ikan Akuntansi Indonesia, yang pada dulu diterbitkan dengan judul Prinsip Akuntansi Indonesia, sekarang setelah diadakan perubahan besar-besaran diterbitkan dengan judul Standar Akuntansi Keuangan. Laporan Keuangan utnuk umum ini terdiri dari antara lain Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal dan Laporan Arus Kas.

Format dari masing-masing laporan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh bentuk badan usaha dan jenis usaha dari perusahaan yang bersangkutan.

1) Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan tetang posisis keuangan suatu perusahaan, sehingga laporan ini sering juga disebut dengan laporan perubahan posisi keuangan. Dalam neraca disajikan posisi aktiva, hutang dan modal perusahaan pada tanggal tertentu, yang lazimnya pada akhir suatu periode akuntansi, akhir bulan atau akhir tahun.

Unsur aktiva pada perusahaan dagang dan pabrikan lazim dikelompokkan menjadi Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, Aktiva Tidak Berujud dan Aktiva Lain-lain. Hutang dikelompokkan menjadi Hutang Lancar, Hutang Jangka Panjang dan Hutang Lain-lain. Sedangkan pelaporan modal tergantung pada bentuk badan usaha yang bersangkutan. Pada perusahaan perseorangan modal lazimnya hannya ada satu yaitu Modal Fulan. Pada perusahaan Persekutuan modal sajikan terpisah untuk masing-masing sekutu. Pada perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas modal dikelompokkan menjadi modal yang bersal dari pemegang saham (modal disetor) dan laba ditahan.

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam satu periode. Format dan isi laporan ini dipengaruhi oleh jenis usaha perusahaan yang bersangkutan. Laporan Laba Rugi hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan dengan jelas pendapatan dari usaha utama perusahaan, harga pokok produk atau jasa yang dijual, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, pendapatan dan biaya lain-lain, laba bersih sebelum pajak penghasilan, pajak penghasilan, Laba setelah pajak penghasilan.

3) Laporan Laba Ditahan

Laporan laba ditahan menggambarkan perubahan laba yang belum dibagikan kepada pemegang saham pada perusahaan perseroan terbatas. Laporan ini dapat disatukan dengan Laporan Laba Rugi.


4) Laporan Arus Kas

Laporan ini melaporkan aruskan perusahaan selama periode tertentu. Dalam laporan ini harus tergambar sumber dan penggunaan kas selama periode yabersangkutan. Sumber dan penggunaan kas tersebut harus dipisahkan menjadi tiga kelompok yaitu; arus kas aktivitas usaha, arus kas aktivitas investasi, dan arus kas aktivitas pendanaan.

b. Laporan Untuk Manajemen

Untuk membuat perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian usaha selalu membutuhkan informasi, tak peduli level atau tingkat dan fungsi usaha yang mereka emban. Sumber utama informasi tersebut adalah sistem akuntansi perusahaan. Semua informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi ini diujutkan dalam bentuk laporan.

Laporan yang dibuat khusus untuk memenuhi kepentingan manajemen ini tidak perlu disiapkan sesuai dengan prinsip atau standar akuntansi yang diterima umum. Jenis, format dan isinya harus disesuaikan dengan keperluan.

Sama halnya dengan laporan keuangan untuk umum laporan khusus untuk manajemen ini sebaiknya juga terdiri dari tiga unsur bagian kepala laporan, isi laporan, dan pengesahan atau yang bertanggung jawab atas laporan tersebut. Kepala laporan juga berisikan identitas entiti atau bagian yang menyiapkan laporan, nama laporan, tanggal atau periode laporan.

Dalam penyajian isi laporan harus dibuat sedemikian rupa sehingga laporan tersebut jelas, mudah dibaca dan dimengerti, dan yang peling penting sesuai dengan tujuan atau relevan dengan keputusan yang akan dibuat. Untuk menghasilkan laporan yang baik tersebut sedapat mungkin dibuat dalam bentuk matriks dan informasinya dikelompokkan dan masing-masing kelompok jika diperlukan dipisahkan menjadi sub kelompok. Laporan harus disusun atas dasar logika tertentu misalnya dimulai dengan angka yang paling besar terlebih dulu disusul dengan jumlah yang lebih kecil atau dimulai dengan pos yang paling penting disusul dengan pos yang kurang penting terakhir pos yang tidak penting. Penyajian laporan dapat juga diintegrasikan dengan prinsip manajemen atas dasar penyimpangan (management by exception) dengan mengatur isi dan urutan penyajian informasi dalam laporan. Jika perusahaan memiliki standar atau anggaan misalnya untuk biaya maka laporan dapat menyajikan penyimpangan atau isi laporan dapat dibatasi untuk biaya yang menyimpang atau melebihi anggaran atau standar yang telah ditetapkan, atau urutan pelaporan disesuaikan dengan tingkat penyimpangan yang terjadi, maka biaya yang paling besar penyimpangannnya dilaporkan paling atas disusul dengan biaya yang penyimpangannya lebih kecil.

PRINSIP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN



I. Management Information System (MIS), Sistem Informasi Manajemen

Merupakan sistem manual atau berdasarkan computer yang mentransformasikan data-data menjadi informasi yang bermanfaat dalam mendukung pengambilan keputusan.
MIS bisa dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi berikut:
1. Untuk menghasilkan laporan-laporan
Misalnya: laporan keuangan, laporan status persediaan,laporan kinerja yang dibutuhkan secara rutin atau tidak.
2. Untuk menjawab pertanyaan “What-if“ yang dikemukakan oleh manajemen,
Misalnya : “apa yang terjadi dengan aliran kas apabila perusahaan merubah persyaratan kreditnya bagi pelanggan?”bisa dijawab dengan MIS. Jenis MIS ini disebut Simulation
3. Untuk mendukung pengambilan keputusan.
Bentuk MIS ini disebut Sistem pendukung keputusan (Decision Support System,DSS). DSS mencoba mengintegrasikan pengambil keputusan, gudang data, dan model kuantitatif yang digunakan.

II. Kebutuhan Manajemen Akan Informasi

Sebagai suatu sistem pengolahan informasi keuangan dapat dibedakan menjadi dua tipe:
A. Akuntansi Manajemen sebagai suatu tipe Akuntansi
B. Akuntansi Manajemen sebagai suatu tipe Informasi

A. Pengertian Dan Perkembangan Akuntansi Manajemen Sebagai Suatu Tipe Akuntansi

1. Akuntansi manajemen sebagai suatu tipe Akuntansi

Akuntansi manajemen sebagai suatu tipe akuntansi dapat dibandingkan dengan akuntansi keuangan karena mempunyai karateristik yang berlainan yang disebabkan oleh perbedaan pemakai/pengguna informasi keuangan.
Akuntansi Keuangan diperlukan untuk memenuhi informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen puncak dan pihak luar perusahaan.
Akuntansi Manajemen diperlukan untuk memenuhi keperluan manajemen (laporan yang berbeda untuk Manajer yang berbeda) dalam melaksanakan perencanaan dan pengendaliaan perusahaan. Informasi akuntansi manajemen tidak didistribusikan untuk pihak luar perusahaan.

Oleh Karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar berbeda dengan karakteristik keputusan yang dibuat oleh manajer, maka hal ini berdampak pada karakteristik sistem pengolahan informasi akuntansi yang menghasilkan informasi keuangan. Perbedaannya terletak pada :
a. Dasar pencatatan
b. Fokus informasi
c. Lingkup informasi
d. Sifat Laporan yang dihasilkan
e. Keterlibatan dalam perilaku manusia
f. Disiplin Sumber Yang Memadai
g. Badan Usaha yang melaporkan
h. Periode pelaporan


AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN
Dasar Pencatatan Menggunakan prinsip akuntansi yang yang diterima umum, Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) Tidak terikat dengan prinsip akuntansi umum, tetapi lebih didasarkan manfaat. Logika dan pengalaman.
Fokus Informasi Informasi ke keuangan masa lalu Informasi keuangan masa lalu dan masa yang akan datang.

Lingkup Informasi Informasi keuangan perusahaan secara keseluruhan Informasi keuangan pada bagian-bagian tertentu dari perusahaan

Sifat Laporan yang dihasilkan Ringkasan dan informasi yang teliti Laporan yang rinci dan relevan dengan masalah yg dihadapi oleh pengambil keputusan
Berfokus pada estimasi hasil yang diharapkan pada periode berikutnya.

Keterlibatan dalam perilaku manusia Lebih mementingkan pengukuran kejadian-kejadian ekonomi Pengukuran kinerja manajemen diberbagai jenjang organisasi

Disiplin sumber yang memadai Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan psikologi sosial

Badan usaha yang melaporkan Perusahaan yang dianggap sebagai satu kesatuan Subbagian dari bisnis seperti: departemen, lini poduk atau jenis aktivitas

Periode Pelaporan Periode berjalan (terakhir) dgn perbandingan periode sebelumnya. Biasanya pertahun,perkuartal,perbulan
Pertahun, perkuartal, perbulan, perminggu, harian.

Walaupun terdapat perbedaan diantara keduanya , namun terdapat persamaan-persamaan antara akuntansi keuangan dengan akuntansi manajemen yaitu:
1. Prinsip akuntansi yang diterima umum dalam akuntansi keuangan kemungkinan besar juga merupakan prinsip pengukuran yang relevan dalam akuntansi manajemen.
2. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen menggunakan informasi operasi yang sama sebagai bahan baku untuk menghasilkan informasi yang diisajikan kepada para pemakainya.

2. Perkembangan Akuntansi manajemen sebagai suatu tipe Akuntansi

Dibagi menjadi tiga tingkat perkembangan :
a. Pencatat Skor ( Score keeping )
b. Penarik Perhatian manajemen ( Attention Directing )
c. Penyedia informasi untuk pemecahan masalah ( Problem Solving)

a. Pencatat Skor ( Score keeping )

Untuk memenuhi fungsi sebagai pencatat skor bagi manajemen, akuntansi manajemen harus memenuhi persyaratan : teliti,relevan dan andal (reliable).
- Ketelitian: Ketelitian sangat mutlak diperlukan, karena informasi yang disajikan kepada manajemen akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja mereka.
- Relevansi: Relevansi informasi dengan keputusan yang dilakukan oleh pemakai informasi dipengaruhi oleh pendekatan yang dilakukan oleh akuntan manajemen dalam mengolah data akuntansi.
Manajemen menempuh 2 pendekatan:

1. The historical communication approach
Dalam hal ini Akuntansi manajemen bertujuan untuk menghasilkan informasi historis untuk memenuhi segala macam tujuan. Dalam pendekatan ini, akuntansi manajemen didominasi oleh pengumpulan dan penyajian secara teliti informasi biaya yang telah terjadi di masa lalu, dan pemakai laporan dipersilahkan untuk melakukan penyesuaian
(adjustment) terhadap informasi akuntansi yang diterima sesuai dengan kebutuhan.

2. The User Decision Model Approach
Dalam hal ini akuntansi manajemen berpusat pada keputusan-keputusan potensial yang akan dipengaruhi oleh informasi akuntansi. Akuntan manajemen disamping mempertimbangkan relevansi informasi dengan alternatif yang dipertimbangkan oleh pengambil keputusan, juga mempertimbangkan biaya dan manfaat informasi tersebut.

- Andal (reliable)
Sebagai pencatat score yang baik, informasi akuntansi manajemen harus bebas dari kecenderungan yang memihak pada manajer tertentu dalam menyajikan laporannnya.



b. Penarik Perhatian Manajemen ( Attention Directing )
Sebagai penarik perhatian manajemen, akuntansi harus menyajikan informasi penyimpangan pelaksanaan rencana yang memerlukan perhatian manajemen, sehingga manajemen dapat merumuskan tindakan untuk mencegah berlanjutnya penyimpangan yang terjadi.

c. Penyedia Informasi Untuk Pemecahan Masalah ( Problem Solving)
Untuk mengurangi ketidakpastian ketika manajemen menghadapi masalah yang harus diputuskan pemecahannya, maka manajemen memerlukan informasi,diantaranya informasi akuntansi dari akuntan manajemen.

B Akuntansi Manajemen Sebagai Suatu Tipe Informasi

Informasi merupakan suatu fakta, data, pengamatan, persepsi atau sesuatu yang lain yang menambah pengetahuan. Diantara berbagai tipe informasi, akuntansi merupakan salah satu informasi kuantitatif, dan akuntansi manajemen merupakan salah satu tipe informasi akuntansi diantara dua tipe informasi yang lain : yaitu informasi operasi dan informasi akuntansi keuangan.

Mengapa informasi kuantitatif?
Informasi kuantitatif lebih berperan dalam mengurangi ketidakpastian bila dibandingkan dengan informasi nonkuantitatif.

Mengapa informasi akuntansi?
Akuntansi merupakan alat untuk berfikir bisnis ( ekonomis rasional ) dan untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran bisnis manajer kepada bawahan dan atasannya, kepada manajer lain dan kepada pihak luar.
Keterbatasan pengetahuan manajer tentang akuntansi sebagai bahasa bisnis akan mengakibatkan tidak dimilikinya ketajaman analisis bisnisnya dalam mengelola perusahaannya.

Penggolongan Informasi Akuntansi
1. Informasi Operasi
Informasi ini merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Contohnya: jumlah kilogram bahan baku yang dipakai dalam produksi, jumlah sediaan produk jadi yang ada digudang.
2. Informasi Akuntansi keuangan
Informasi akuntansi keuangan diperlukan oleh pihak luar untuk pengambilan keputusan guna menentukan hubungan antara pihak luar tersebut dengan perusahaan.
Informasi Akuntansi Keuangan juga dibutuhkan oleh manajemen puncak.Informasi akuntansi keuangan dihasilkan oleh Sistem Pengolahan Informasi Akuntansi Keuangan. Informasi akuntansi keuangan umumnya disajikan kepada pihak luar perusahaan dalam bentuk laporan keuangan : neraca, laporan laba-rugi,laporan perubahan ekuitas dan laporn arus kas.

3. Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan keuangan seperti: anggaran, laporan penjualan,laporan biaya produksi,laporan biaya menurut pusat pertanggunganjawaban,laporan biaya menurut aktifitas,laporan biaya mutu, laporan biaya pemasaran dan lain-lain.
Informasi Akuntansi Manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen:
a. Perencanaan : menetapkan sasaran dan sarana untuk mencapainya.
b. Pengendaliaan (kontrol) aktivitas perusahaan: implementasi dari perencanaan dan penggunaan umpan-balik (evaluasi ) supaya sasaran dapat dicapai secara optimal.

III. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal :
1. Objek Informasi
Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen atau aktifitas maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh.
2. Alternatif yang akan dipilih
Jika informasi akuntansi dihubungkan dengan alternative yang akan dipilih , yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi differensial.
3. Wewenang Manajer
Jika informasi akuntansi dihubugjkan dengan wewenang manajer, yang sangat bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. Maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban.

A. Manfaat Tipe Informasi Akuntansi Manajemen

1. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Information)
Informasi akuntansi penuh mencakup informasi masa lalu maupun informasi masa yang akan datang ,mencakup informasi aktiva ( Full Asset Information) , pendapatan ( Full Revenue Information )dan biaya.( Full cost Information)
Informasi akuntansi penuh masa lalu bermanfaat untuk :
a. Pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan
b. Analisa untuk kemampuan menghasilkan laba
c. Penentuan harga jual dalam cost type contrak,
d. Jawaban atas pertanyaan “ berapa biaya yang telah dikeluarkanuntuk sesuatu”
Informasi penuh masa yang akan datang bermanfaat untuk :
a. Penyusunan program
b. Penentuan harga jual normal
c. Penentuan harga transfer
d. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
2. Informasi Akuntansi Diferensial ( Differential Accounting Information )
Informasi akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan dan biaya dalam alternatif tindakan tertentu dibandingkan dengan alternatif tindakan lain.
Informasi akunrtansi diferensial terdiri dari aktiva, pendapatan dan biaya. Informasi akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan dengan biaya disebut biaya differensial ( differential costs )
Informasi akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan dengan pendapatan disebut pendapatan differensial ( differential revenues )
Informasi akuntansi diferensial yang hanya bersangkutan dengan aktiva disebut aktiva differensial ( differential Assets )

Informasi Akuntansi Diferensial mempunyai dua unsur pokok:
b. Informasi masa yang akan datang dan berbeda diantara alternatif tindakan yang dihadapi oleh pengambil keputusan.
Informasi ini bermanfaat oleh manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif-alternatif yang tersedia.
c. Informasi akuntansi yang bermanfaat adalah informasi akuntansi yang berbeda diantara tiap-tiap alternatif yang akan dipilih.

3. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban ( Responsibility Accounting Information )
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan, dan biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.

Manfaat Informasi akuntansi pertanggungjawaban dimasa yang akan datang
Untuk penyusunan anggaran: setiap manajer dalam organisasi merencanakan aktiva,pendapatan dan biaya yang menjadi tanggungjawabnya dibawah koordinasi manajemen puncak.

Manfaat Informasi akuntansi pertanggungjawaban dimasa lalu :
a. Untuk menganalisis kinerja manajer
b. Untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana yang dituangkan dalam anggaran.

B. Trend Yang Mempengaruhi Akuntansi Manajemen
Diawal perkembangannya sampai akhir tahun 1914, akuntansi manajemen berorientasi pada penentuan kos produk dengan penelusuran profitabilitas produk secara individual dan penggunaan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan strategik. Informasi yang dihasilkan dimanfaatkan oleh pemilik sekaligus pemimpin perusahaan dan pemakai intern yang lain.
Perubahan orientasi akuntansi manajemen dari pemakai intern ke penyediaan informasi keuangan bagi pihak luar perusahaan berlangsung sampai awal tahun 90-an.
Trend yang menyebabkan perubahan akuntansi manajemen adalah:
1. Kemajuaan teknologi informasi : Akuntan manajemen mampu melakukan rekayasa informasi yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan secara manual.
2. Implementasi Just-in time (JIT) manufacturing: Perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan,tanpa memanfaatkan tersedianya sediaan dan tanpa menanggung biaya sediaan.
3. Meningkatnya tuntutan mutu: Konsep pengendalian menyeluruh /total quality control (TQC),merupakan konsep pengendaliaan yang meletakkan tanggungjawab pengendaliaan disetiap pundak karyawan yang terlibat mulai dari proses pembuatan produk, disain ,proses produksi sampai dengan produk dibeli oleh pembeli.
4. Meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas produk,serta semakin pendeknya daur hidup produk: dengan peralatan modern, pabrik akan menghasilkan produk yang kompleks. Semakin pendeknya daur hidup produk semakin memerlukan perancangan yang matang atas pendapatan dan biaya sehingga investasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk disain dan pengembangan produk dapat diperkirakan.
5. Diperkenalkannya Computer – integrated manufacturing : pabrik-pabrik modern mampu melakukan inovasi yang luar biasa cepatnya dan mampu menghasilkan produk-produk dengan desain yang sempurna.

IV. Kebutuhan Manajemen Akan Informasi Akuntansi

Perkembangan teknologi informasi mempunyai dampak terhadap sistem pengolahan informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan manajemen yaitu:
1. Informasi Biaya produk yang lebih cermat :
Tujuannya:
- Customer tidak dibebani biaya bukan penambah niilai
- laba yang diperoleh adalah rendah sehingga hanya perusahaan yang cost – effective saja yang mampu bersaing.
- Manajemen memerlukan semua informasi biaya yang mencakup semua fase pembuatan produk: fase desain,fase produksi dan fase distribusi.
2. Informasi biaya overhead yang cermat
Biaya overhead pabrik yang besar memerlukan teknologi pengelolaan biaya yang dirancang untuk memungkinkan manajemen memantau konsumsi sumberdaya dalam dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk.
3. Informasi biaya daur hidup produk
Manajemen memerlukan informasi product-life-cycle costs, yang memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analsysis pada saat mempertimbangkan peluncuran produk baru, penghentian produksi produk yang telah ada dan product profitability analysis.

V. Respon Akuntansi Manajemen Terhadap Kebutuhan Manajemen Akan Informasi Akuntansi
Untuk memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi dadalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi informasi maju, akuntansi manajemen melakukan berbagai perubahan mendasar sebagai berikut:
1. Akuntansi manajemen memfokuskan perekayasaan informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan manajemen. Informasi biaya yang dihasilkan akuntansi manajemen tidak sekedar ditujukan kepada manajemen untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan (financial reporting) bagi pihak luar, namun untuk manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management) berdasekan informasi biaya.
2. Akuntansi manajemen memenfaatkan teknologi computer untuk merekayasa informasi biaya produk yang lebih cermat. Pemanfaatan komputer memungkinkan pembebanan biaya overhead (overhead cost assignment) kepada produk menjadi lebih cermat, sehingga memungkinkan manajemen melakukan analisis kemampuan laba (product profitability analysis) dan keputusan penetapan harga jual (pricing decision).
3. Akuntansi manajemen berusaha mencerminkan konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk dengan menerapkan activity based cost system.
4. Akuntansi manajemen menciptakan target costing untuk memungkinkan manajemen menerapkan market-driven strategy dalam memesuki pasar dunia.
5. Akuntansi manajemen menyajikan informasi product-life-cycle cost untuk memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analysis.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites