Ada banyak perbedaan sudut pandang mengenai logika. Ada yang memiliki pandangan bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal, harus lebih menekankan perasaan ketimbang logika. Di sisi lain, ada yang berpandangan bahwa menggunakan perasaan berlebihan terkesan kurang menggunakan akal, maka itu, dalam berbagai hal logika harus dikedepankan. Pada dasarnya kedua pandangan itu memiliki pemahaman yang saling melengkapi, hanya saja penempatan dan penggunaannya yang sering keliru.
Benar adanya bahwa terkadang perasaan lebih penting dari logika karena perasaan bisa mengalahkan segalanya bahkan membunuh semua argumen tentang logika, contohnya Nietzsche yang di binasakan oleh logikanya sendiri.
Namun disamping itu, benar juga kalau anggapan tentang logika itu lebih penting penting dari perasaan sebab dengan logika kita jadi rajin berpikir sehingga pola pikir kita terus berkembang. Contoh sederhananya, Isaac Newton dengan buah apel-nya. Lalu sebenarnya mana yang lebih penting? Keduanya memiliki porsi yang sama selama pemahamannya mengandung banyak nilai positif, hanya permasalahannya adalah bagaimana agar keduanya bersinergi?
Antara perasaan dan logika itu haruslah saling mendukung, karena logika yang baik membangun perasaan positif. misalnya, jika teman kerja Anda mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan dari Anda. Ketika Anda hanya memakai logika saja, kemungkinan yang ada dalam pemikiran Anda adalah soal keuntungan dan kerugian yang Anda dapat dengan membantunya. Tetapi jika Anda bisa menciptakan logika yang positif maka hal itu dapat menggerakan perasaan Anda untuk memiliki kepedulian.
Perlu untuk diingat bahwa ketika Anda membantu orang lain, maka bantuan yang telah Anda berikan itu akan bertimbal balik kepada Anda saat Anda sedang mengalami suatu masalah dan membutuhkan pertolongan. Cobalah kembangkan kecerdasan berlogika ini pada keseharian Anda dan perhatikan apa yang akan terjadi pada diri Anda.
SUMBER
tinggalkan komentar